Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

SELAMA INI industri manufaktur Rusia di pasar global memang kalah pamor jika dibandingkan dengan negara-negara industri lainnya, sebut saja Jerman, Inggris, Prancis, Amerika Serikat, atau bahkan dengan Jepang dan Korea Selatan.

 

Seiring dengan kebangkitan Rusia pada era 2000-an dan menjadi salah satu mesin perekonomian dunia, masih saja banyak kendala yang dihadapi pabrikan Rusia saat akan menjajakkan kaki ke pasar global, termasuk Indonesia.

 

Ya, bangkitnya industri manufaktur Rusia membawa sejumlah tawaran, yaitu produk-produk berteknologi tinggi dengan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan produk manufaktur negara lain.

 

Akan tetapi, keunggulan itu tetap saja kurang mampu mengangkat produk Rusia di pasaran dunia, sehingga produk-produk buatan negeri itu menjadi jago kandang di negaranya sendiri, termasuk pesawat komersial Sukhoi Superjet 100 (SSJ 100).

 

Redupnya pamor industri manufaktur Rusia itu memang erat berhubungan dengan kelamnya sejarah Uni Soviet.

 

Uni Soviet sebelumnya memang terkenal royal dalam menggelontorkan dana untuk mengembangkan berbagai sektor perekonomian, tak terkecuali adalah untuk industri manufaktur. Namun, ambruknya Soviet seolah membalik kebijakan yang sebelumnya dijalankan.

 

Rusia bisa dikatakan sebagai salah satu pusat inovasi global. Bahkan, banyak negara yang mengakui kehebatan dari produk-produk Rusia, meskipun dengan agak malu-malu.

 

Sebut saja mobil dengan merek Lada. Mobil besutan AvtoVAZ ini sempat merajai pasaran di kawasan Eropa Barat pada awal dekade ’80-an.

 

Pada awal kemunculannya di Eropa Barat, Lada sempat ditertawakan karena penampilannya yang seperti tank, teknologinya yang kuno, dan boros bensin.

 

Lambat laun, mobil tersebut menjadi populer karena kekar, ruang dalamnya yang luas, bagasinya yang luas dan harganya yang murah. Bahkan, banyak pemilik Lada yang bangga dengan mobil mereka.

 

Lada adalah korban dari turbulensi ekonomi dan politik Uni Soviet akhir dekade ‘80an. Karena perusahaan pembuat tidak mampu mempertahankan investasi untuk mendukung pengembangan produk dan pelayanan, Lada akhirnya tergeser dari kancah pasar mobil di Eropa Barat.

 

Namun di Rusia, Lada masih tetap menjadi pilihan. Saat saya ke Moskowa menjelang musim gugur 2011, banyak Lada berkeliaran di jalanan. Hal ini karena dukungan pemerintah terhadap industri otomotif ini, dan menjadikannya sebagai mobil nasional.

 

Inilah yang menjadikan Lada menjadi jago kandang, karena tidak banyak yang menggunakan mobil tersebut di luar Rusia.

 

MENJAJAL INDONESIA

 

Perjalanan industri manufaktur Rusia menembus pasar global, tidak hanya berhenti di mobil Lada. Produk manufaktur lain yang tak kalah hebat dari negeri Beruang Merah itu adalah traktor merek Ural.

 

Pabrikan mesin pertanian ini dulunya adalah produsen tank tempur untuk menyokong Uni Soviet dalam Perang Dunia II. Sehingga, tak diragukan kehandalan dari mesin traktor ini.

 

Pada rentang 2005-2007, produsen traktor Ural mulai berbenah dan menyatakan akan melakukan ekspansi pasar global, yang salah satunya adalah Indonesia. Bahkan pada 2008, pabrikan traktor ini mengundang sejumlah jurnalis Indonesia untuk mengunjungi pabriknya.

 

Ini dilakukan dalam rangka sounding bahwa Ural akan siap berkompetisi dengan produk-produk traktor yang sebelumnya sudah memasarkan produknya di Indonesia.

 

Sayangnya pada akhir 2008 krisis ekonomi global mengguncang berbagai negara Eropa, dan berdampak signifikan ke Rusia. Rencana Ural untuk masuk ke Indonesia pun akhirnya tak lagi terdengar sampai sekarang.

 

Saat ini, kondisi dalam negeri Rusia memang kurang kondusif untuk investasi, karena angka inflasi di negara Beruang Merah itu, yang berada di atas 7%.

 

Bagi pebisnis Rusia, hengkang meninggalkan negaranya adalah sebuah keniscayaan. Dan, Indonesia adalah salah satu pilihannya.

 

Seperti yang dilakukan salah satu perusahaan kereta api Rusia saat akan mengadu peruntungan investasi dengan membangun jalur kereta api Kalimantan Timur tembus hingga ke Kalimantan Tengah sepanjang 185 kilometer.

 

Pemodal tersebut bahkan telah berkomitmen menyediakan dana senilai US$1,8 miliar atau sekitar Rp16 triliun untuk pembangunan infrastruktur itu.

 

Selepas perjanjian itu, Pemprov Kalimantan Tengah tiba-tiba menolak rencana investasi perusahaan Rusia tersebut. Alasannya, Pemprov Kalteng tidak dilibatkan dan mereka telah menggandeng investor lain untuk pembangunan jalur kereta api.

 

Hingga saat ini, rencana pembangunan jalur kereta api oleh Rusia di Kalimantan belum juga jelas realisasinya.

 

Terakhir, ganjalan yang benar-benar memukul industri manufaktur Rusia saat mulai menapaki pasar di Indonesia adalah insiden pesawat komersial Sukhoi Superjet 100.

 

Di saat perusahaan pembuat penerbangan itu berusaha mendapatkan pasar di Indonesia, kejadian jatuhnya pesawat tentunya akan membuat perusahaan-perusahaan penerbangan berpikir ulang untuk membeli pesawat tersebut.

 

Tercatat sampai saat ini hanya ada dua maskapai penerbangan di seluruh dunia yang menggunakan pesawat komersial buatan Sukhoi, yaitu Aeroflot Rusia dan Armavia, Armenia.

 

Jumlah pengguna tersebut hampir dipastikan bertambah seiring dengan pilihan dua maskapai nasional yaitu Kartika Airlines dan Sky Aviations untuk menggunakan pesawat Sukhoi Superjet 100.

 

Ceritanya tentu akan lain apabila joy flight yang diselenggarakan Rabu sore kemarin berakhir sukses, karena manufaktur Rusia mulai mendapatkan kepercayaan pasar. Namun kenyataan berkata lain… ([email protected])

 

 + JANGAN LEWATKAN:

> 10 ARTIKEL PILIHAN Hari Ini

> 5 Kanal TERPOPULER Bisnis.com

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper