Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Meskipun sejumlah bank besar berkomitmen untuk membatasi kredit valuta asing, penyaluran pinjaman dengan mata uang asing tersebut dapat tumbuh melampaui pinjaman Rupiah pada akhir kuartal I/2012.
 
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI),  penyaluran kredit valuta asing (valas) hingga akhir Maret 2012 mencapai Rp356,9 triliun atau meningkat sekitar 30,48% dibandingkan dengan akhir Maret 2011 yang tercatat Rp273,53 triliun.
 
Kenaikan tersebut melampaui rerata pertumbuhan kredit Rupiah yang berkisar di 24% pada periode yang sama. Kredit berdenominasi Rupiah pada akhir Maret tercatat Rp1.938 triliun dari setahun sebelumnya Rp1.566 triliun.
 
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) valas hanya tumbuh sekitar 11,85% menjadi Rp401,8 triliun pada Maret 2012 dibandingkan dengan setahun sebelumnya Rp359,22 triliun. 
 
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk merupakan salah satu bank yang telah menyalurkan kredit valas melampaui industri. Bank yang terkenal dalam pinjaman mikro ini menyalurkan kredit valas Rp26,2 triliun pada akhir triwulan I, meningkat 44% dibandingkan dengan setahun sebelumnya Rp18,14 triliun.
 
“Pertumbuhan kredit valas di BI disebabkan karena penarikan kredit investasi yang merupakan komitmen lama,” ujarnya kepada Bisnis hari ini  Senin 7 Mei 2012
 
Meski dapat tumbuh melampaui industri, namun dia menegaskan likuiditas valas yang dikelola perseroan masih memadai. “Kami dalam memberikan pinjaman selalu dicover dengan sumber dana yang cukup.”
 
Sejumlah bank besar telah menyatakan komitmen untuk tidak jor-joran dalam penyaluran kredit valas, contohnya adalah PT Bank Mandiri Tbk yang hanya mematok target pertumbuhan 4%—8%. Padahal secara keseluruhan, bank terbesar di Indonesia ini mematok pertumbuhan kredit 22%.
 
“Ini kami lakukan untuk menjaga likuiditas valas karena kondisi yang belum menentu di Eropa, sehingga perlu berhati-hati dalam valas. Jadi memang ada perlambatan di kredit valas, yang kami perkirakan hanya akan tumbuh 4-8% tahun ini,” ujar Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala N. Mansury belum lama ini.
 
Hal yang sama juga menjadi komitmen dari PT Bank Central Asia Tbk, bank swasta terbesar di Indonesia. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur  BCA, mengatakan perseroan tetap konsisten membatasi penyaluran kredit valas meskipun ada peluang untuk mendapatkan tambahan likuiditas dolar dalam implementasi kebijakan repatriasi devisa hasil ekspor.
 
"Kami membatasi diri untuk pinjaman valas sekitar US$2 miliar. Untuk dana valas sendiri kami ada lebih dari US$3 miliar," ujarnya.
 
Direktur Korporasi BCA Dhalia M. Ariotedjo menegaskan penyaluran kredit valas di segmen korporasi tetap dibatasi maksimal sebesar US$1,5 miliar.
 
"Pertumbuhan kami tetap ke rupiah. Ini kami jaga karena ada risiko seperti 1998, yang mana eksposur  ke dolar itu ternyata ke perusahaan yang penghasilannya rupiah," terangnya.
 
Perry Warjiyo pada akhir pekan lalu menyatakan kebijakan devisa hasil ekspor yang mulai berlaku pada awal tahun ini telah berpengaruh terhadap peningkatan DPK valas. Meski demikian dia mengaku tidak terlalu ingat berapa pertumbuhan DPK valas yang aktual. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper