Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Achmad Ananda Djajanegara : Saya tak bawa pulang pekerjaan

Achmad Ananda Djajanegara menghabiskan 12 tahun dari 16 tahun kariernya sebagai bankir. Namun, sejak beberapa tahun ter­akhir, pria yang akrab disapa Andi ini memimpin PT ABM Investama Tbk, perusahaan yang memiliki tiga bisnis utama di bidang jasa

Achmad Ananda Djajanegara menghabiskan 12 tahun dari 16 tahun kariernya sebagai bankir. Namun, sejak beberapa tahun ter­akhir, pria yang akrab disapa Andi ini memimpin PT ABM Investama Tbk, perusahaan yang memiliki tiga bisnis utama di bidang jasa kontraktor pertambangan, tambang batu bara, dan power solution.

 

Baginya, industri pertambangan merupakan hal menarik dan sudah lama didalami, bahkan sejak saat dia berkarier di sektor keuangan. Berikut petikan wawancara dengan pria yang mengidolakan pegolf Tiger Woods dan kapten Liverpool Steven Gerrard ini: 

Bagaimana Anda bisa sampai di bisnis ini? Background Anda sebelumnya kan lebih banyak sebagai banker?

 

Bisa dibilang mungkin 12 tahun dari 16 tahun karier saya ada di banking community. Meskipun saya jadi bankir, saya selalu tertarik pada sektor riil, khususnya bidang energi dan pertambangan. Saat saya menjadi bankir, yang saya cover itu adalah industri dan pertambangan, meskipun yang saya cover saat itu adalah di sisi lainnya, yakni dari sisi finansial.

 

Hal kedua yang membuat saya tertarik ke ABM adalah Trakindo Group merupakan kelompok usaha nasional terkemuka dan sudah 40 tahun berdiri, tetapi banyak yang tidak tahu siapa yang punya perusahaan ini. Grup ini memang low profile, jadi banyak yang tidak tahu siapa yang punya dan apa tujuannya.

 

Namun, yang saya tahu, grup ini memiliki reputasi dan integritas yang bagus. Itulah alasan saya masuk ke sini. Ketiga, founder grup usaha ini punya cita-cita ingin memastikan bah­w­a bisnis ini bisa hidup lebih dari 100 tahun dan bisa memberikan pekerjaan yang layak bagi orang Indonesia. Ke­­empat, bisnis ABM sendiri, bisnis in­­tegritas energi dan itu menarik buat saya. 

Apakah sejak kecil Anda me­­mang bercita-citu untuk ada di bis­nis ini?

 

Enggak, kalau dulu mah saya maunya jadi pegolf profesional. Waktu kecil ingin menjadi pegolf profesional, karena waktu kecil kan saya suka olahraga, main tenis, main golf, jadi maunya menjadi golfer profesional waktu itu [sambil tertawa].

 

Akhirnya, setiap orang kan punya pilihan ya. Orientasi [masa kecil] pasti berubah. Saat masuk di perbankan, kurang lebih 12 tahun itu, saya juga selalu suka dengan bisnis energi, makanya pindah ke real sector. 

Ada orang yang menginspirasi Anda sehingga tertarik dengan pertambangan?

 

Sebenarnya bukan dari orangnya, tetapi dari bisnisnya sendiri. Bisnis energi ini kan bisnis yang sustainable ya, apalagi kalau melihat Indonesia saat ini. Bisa dibilang bisnis energi ini adalah kebutuhan pokok orang, sama saja dengan consumer product. Jadi, menurut saya, bisnis ini menarik dan juga sustainable. 

Siapa orang yang paling berpe­ran dalam karier Anda?

 

Orang tua dan keluarga tentunya. Kalau dari sisi bisnis, yang saya jadikan panutan adalah Pak Met Hamami. Dari banyak orang Indonesia, kita ma­­sih punya orang yang memiliki jiwa besar dan tidak pernah memikirkan keuntungannya, ini bisa dibuktikan.

 

Selama 40 tahun beliau tidak mengambil dividen. Yang dia lakukan adalah menginvestasikan lagi keuntungan untuk perusahaan. Dia tidak terlalu memikirkan keuntungan perusahaan, yang dia pikirkan adalah kembali ke misi, berapa banyak karyawan yang sudah dipekerjakan di grup usaha ini. Misi seperti itu kan jarang ya kita te­­mui. Umur Pak Met sekarang sekitar 82 tahun.

 

ABM Investama kan berasal dari grup usaha yang merupakan perusahaan keluarga. Bagaimana Anda meyakinkan pemiliknya untuk membawa perusahaan ini menjadi perusahaan terbuka?

 

Founder kami kan Pak Met Hamami [AHK Hamami] mendirikian grup usaha ini 40 tahun lalu. Bisa dibilang bisnis ini sekarang dijalankan oleh ge­­nerasi kedua. PT Trakindo Utama di­­pimpin oleh anak bungsunya, kemudian PT Mahadana Dasha Utama dipim­pin oleh putri tertua), dan ini [PT ABM Investama Tbk] memang dipim­pin oleh saya yang pimpin, tetapi ko­­misaris adalah anak kedua dari ke­­luar­ga Hamami.

 

Penting sekali untuk melihat keseluruhan dari holding ini. Selama 40 tahun dianggap perusahaan keluarga. Yang perlu kami ketahui adalah ba­­gai­mana posisi kami dibandingkan de­­ngan para pesaing. Kenapa IPO? Ini juga amanat dari founder untuk me­­miliki dinasti yang bisa lebih dari 100 tahun. Dengan menjadi perusahaan terbuka, kelangsungan berusahanya menjadi lebih terjamin. 

Dalam suatu perusahaan, ada founder memilih untuk hanya menjadi pemegang saham, tetapi ada juga yang memilih ikut masuk dalam operasional seperti duduk di dalam jajaran komisaris atau direksi. Bagaimana dengan pemilik ABM Investama?

 

Kami beruntung memiliki pemegang saham yang benar-benar taat pada asas good corporate governance. Kedudukan mereka sebagai komisaris dan kedudukan mereka sebagai owner tentu dibedakan. Kami memiliki peraturan perusahaan, code of conduct se­­muanya sudah ada dan diterapkan. Mi­­salnya, peran komisaris sangat pa­­sif, kecuali kalau masuk ke organ ko­­misaris seperti komite investasi, ko­­mite audit, dan komite remunerasi. Kalau day to day, diserahkan kepada direksi. 

Banyak owner perusahaan publik tidak menjabat sebagai komi­saris, tetapi mereka campur ta­­ngan dalam penanganan perusahaan. Kenapa keluarga Hamami bersedia menduduki posisi komi­saris di ABM?

 

Saya pikir harus dilihat dari proses transisinya. Selama 40 tahun, perusahaan ini kan tertutup dan punya ke­­luar­ga. Dan sekarang benar-benar sudah profesional. Mereka punyai cita-cita pada 2015-2016, mereka mau menjadi good owner saja. Mereka juga tidak mau menjadi komisaris nantinya. Itu dilakukan secara bertahap. 

Di Amerika Serikat, banyak perusahaan yang awalnya adalah perusahaan keluarga dan founder-nya kini hanya punya saham sedikit. Bagaimana Anda melihat itu di ABM?

 

Potensi ke arah situ selalu ada. Apa yang dilakukan oleh keluarga Ha­­mami dalam 40 tahun itu nantinya bisa membawa bisnis perusahaan se­­cara berkelanjutan hingga lebih dari 100 tahun dan dipimpin oleh lebih dari tiga generasi. Nilai-nilai inti selalu dipegang dan diterapkan. 

Dunia usaha tentunya akrab dengan persaingan. Sebagai pe­­mimpin, bagaimana Anda memersepsikan pesaing?

 

Kami melihat PT United Tractors Tbk sebagai patokan. Mengapa? Ka­­rena kami melihat United Tractors se­­lain memiliki values yang sama, kami juga melihat grup ini juga selalu deli­ver apa yang mereka janjikan dan itu tidak hanya sekali. Mereka konsisten. Kami juga ingin ke arah itu.

 

Industri  ini kan besar ya, jadi ba­­gus kalau kami memiliki pesaing, apa­lagi United Tractors lebih maju. Jadi kami tahu seperti apa pesaing kami. Bagus kalau bisa memiliki patokan dari pesaing. Kalau ‘lari’ sendiri [tanpa pesaing] kan tidak enak juga. 

Jika Anda diminta untuk mendefinisikan gaya kepemimpinan Anda, maka pemimpin seperti apakah Anda?

 

Gaya kepemimpian kan berbeda-beda. Namun, salah satu kelebihan gaya kepemimpinan Tiara Marga Tra­kindo [TMT] itu adalah kami memiliki enam sifat leadership. Orangnya sendiri harus kompeten. Kedua, orang­nya harus memiliki visi, jadi dia harus tahu 5 tahun atau 10 tahun lagi ABM ini mau dibawa ke mana.

 

Ketiga, harus inspiring. Penting tuh untuk menjadi orang yang inspiring, jadi at least bisa mengarahkan karya­wan-karyawannya. Keempat yakni self actualization, maksudnya, meski dia sudah menjadi leader gak boleh pu­tus, harus bisa belajar lagi.

 

Kelima, dituntut untuk honest dan humble. Hal ini tidak  hanya diterapkan di holding, tetapi juga di semua pemimpin anak usaha. Terakhir, passionate. Jadi, kalau mau sukses harus passionate, harus suka sama bisnisnya. Kalau profesional tetapi tidak suka bisnisnya, kan susah. Jadi enam ini yang paling penting. 

Kalau diterjemahkan secara umum, ada gaya kepemimpinan yang cenderung otoriter atau sebalik­nya. Nah, Anda sendiri bagaimana?

 

Kalau di ABM kami memiliki na­­ma­nya dewan direksi. Saya pribadi se­­nang gaya kepemimpinan yang teamwork-nya kuat, jadi keputusan itu be­­nar-benar diambil oleh beberapa di­­rektur. Meskipun saya menjadi presi­den direktur, saya te­­tap harus meminta input atau saran dari direksi yang lain. 

Apa keputusan yang paling sulit yang pernah Anda ambil?

 

Kalau dari personal basis mungkin banyak ya, tetapi kalau yang dari kerjaan adalah saat akan melakukan investasi strategis. Bidangnya ABM kan melakukan investasi strategis. Nah, meskipun kita sudah melakukan segala macam upaya, tetapi ujungnya kita tidak akan pernah tahu apakah investasi kita akan berhasil atau tidak, jadi itu sulit sekali.

 

Hal kedua, saat akan melakukan divestasi. Sudah capek-capek membuatnya, tetapi ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang kita pikirkan, sehingga harus didivestasi. Saya pikir lebih ke situ. 

Apa yang menjadi kiat sukses Anda?

 

Grup usaha kami ini sudah berdiri 40 tahun dan mungkin banyak yang tidak tahu Tiara Marga Trakindo ini. Menurut saya, kiat suksesnya ada pada value-nya. Value-nya ada enam yakni integrity, teamwork, accounta­bility, continues development, excellent, dan proactive.

 

Jadi, yang namanya values ini konsisten dija­lan­kan selama 40 tahun oleh founder-nya. Ini membuat kami terpacu untuk men­jalankannya. Kalau founder-nya saja bisa, masa kami ti­­dak bisa. Jadi, bisa sukses selama 40 tahun itu bisa di­­­ka­t­a­kan kuncinya adalah nilai-nilai itu. 

Bagaimana membagi waktu untuk pekerjaan, keluarga, dan olahraga atau hobi?

 

Saya rasa keseimbangan itu perlu. Prinsipnya, saya sebisa mungkin tidak mau membawa pekerjaan pulang. Kalau pada waktu pulang, ya urusan keluarga saja. Sabtu  dan Minggu pagi main golf, tetapi kalau siang, sore, dan malam khusus untuk keluarga. 

Kendati masih lama, apakah Anda memiliki rencana tertentu saat pensiun nanti?

 

Kalau saya senang banget sama Bali. Setiap 3 bulan, saya selalu ke Bali. kalau suatu saat sudah tidak dipakai lagi, saya bercita-cita ingin banyak menghabiskan waktu di sana.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Sitta Husein
Sumber : Riendy Astria, Yeni H. Simanjuntak & Wisnu Wijaya

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper