Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA:Istri almarhum Irzen Octa, Essi Ronaldi, mengatakan tidak yakin suaminya mengidap penyakit jantung yang menyebabkan kematiannya ketika mengurus masalah utangnya di kantor  Citibank.
 
"Suami saya itu kondisinya sehat ketika berangkat dari rumah ingin menyelesaikan persoalannya di kantor Citibank," katanya dalam memberikan kesaksiannya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hari ini.
 
Kesaksian Essi itu merupakan bagian dari pemeriksaan dalam sidang lanjutan perkara terdakwa Arief Lukman, Henry Waslinton, Donald Harris Bakar, Yanto Tambunan dan Humisar Silalahi yang didakwa melakukan penganiayaan yang menyebabkan kematian Irzen Octa. 
 
Dalam dakwaan jaksa disebutkan tiga terdakwa Arief, Henry dan Donald merupakan juru tagih yang berhadapan langsung dengan Irzen Octa di ruang Cleo, kantor Citibank di Menara Jamsostek, Jakarta Selatan, sedangkan Henry sebagai coordinator yang bertanggung jawab dari perusahaan jasa penagih utang, PT Taketama Star mandiri yang dipergunakan Citibank untuk melakukan tagihan.
 
Essi pun menjelaskan suaminya itu tidak memiliki riwayat penyakit kritis atau mengeluh sakit sebelum berangkat dari tempat kediamannya. 
 
"Suami saya itu, kuat pekerja keras, biasa berangkat pagi pulang malam tiap hari," ungkapnya di muka sidang.
 
Penegasannya itu sekaligus membantah apa yang diungkapkan tim penasehat hukum para terdakwa yang dikoordinasikan Sholeh Amin yang menyebutkan korban Irzen Octa mengidap penyakit stroke sebagai penyebab kematiannya.
 
Mendiang suaminya, lanjut Essi, setiap hari bekerja pulang pergi dari tempat kediamannya ke Pelabuhan Tanjung Priok untuk mengurus perusahaan cargo yang dikelolanya sendiri. "Tidak mungkin hanya digertak saja, lalu meninggal pasti ada kekerasan."
 
Kecurigaan atas hasil otopsi yang pertama itu, katanya, dirinya menjadi ragu yang menyebutkan kematian suaminya karena mengidap penyakit. Atas keragu-raguan itu, akhirnya keluarga almarhum Irzen Octa itu meminta bantuan dan perlindungan hokum ke kantor pengacara O.C Kaligis yang kemudian meminta bantuan untuk melakukan otopsi ulang atas penyebab kematian korban. 
 
"Saya bilang pak O.C, saya tidak mengerti soal hukum. Saya bilang saya tidak percaya hasilnya begini, suami saya orangnya kuat, saya yakin ini tindak kekerasan."
 
Hasil otopsi pertama yang dilakukan ahli forensik Ade Firmansyah yang menurut Essi tidak bisa diterimanya, sehingga dilakukan otopsi yang kedua pada keesokan harinya, 30 Maret 2011 oleh ahli forensic Mun’im Idris yang bertolak belakang dengan hasil otopsi yang pertama. Mun’im menyebutkan kematian korban akibat bendatumpul.
 
Diluar sidang, Essi mengaku manajemen Citibank belum memberikan perhatian sama sekali atas kematian suami tercintanya. 
 
"Padahal saya masih menanggung biaya dua putri yang masih duduk di bangku SMP dan SMA yang ditinggalkan almarhum suami saya. Mereka sangat kehilang sekali atas kepergian ayahnya, sekarang saya masih belum mengetahui bagaimana masa depan mereka berdua," katanya kepada Bisnis. 
 
Essi mengaku manajemen Citibank belum memberikan perhatian sama sekali atas kematian suaminya. 
 
"Padahal saya masih menanggung biaya dua anak putrid yang masih duduk di bangku sekolah SMP dan SMA yang ditinggalkan suami saya. Mereka merasa kehilangan sekali atas kematian ayahnya ini, sekarang saya masih belum tahu bagaimana masa depan mereka berdua," katanya. (sut)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper