Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

BADUNG: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan Asean harus berperan aktif di kancah global dan tidak hanya menjadi penonton pasif yang rentan menjadi korban permasalahan di belahan dunia lain.
 
Hal tersebut disampaikannya ketika membuka Konferensi Tingkat Tinggi Asean ke-19 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, hari ini.
 
“Dalam dunia yang semakin kompleks dan saling kait-mengait, Asean sejatinya harus jadi yang terdepan dalam mengatasi tantangan yang mencuat. Asean tidak boleh menjadi penenonton pasif yang rentan menjadi korban permasalahan di belahan dunia yang lain,” tegasnya.
 
Menurutnya, ada lima agenda dan sasaran utama yang menjadi topic pembahasan di KTT Asean ke-19 kali ini, a.l. perlunya mengatur peran utama Asean dalam menata arsitektur ekonomi kawasan yang lebih efisien dan lebih efektif.
 
Untuk itu, Asean harus mampu mempertahankan sentralitas dan kepemimpinannya dalam berinteraksi dengan mitra wicara dan dalam kesertaannya di forum-forum intra kawasan.
 
“Kerja sama dengan mitra Asean telah kita kembangkan melalui mekanisme Asean +1, Asean+3, Asean Defence Ministrers Meeting (ADMM), Asean Regional Forum (ARF), maupun mekanisme-mekanisme lain,” tuturnya.
 
Sementara itu, lanjut dia, dalam pembentukan arsitektur kawasan melalui kerangka Pertemuan Pimpinan Negara-Negara Asia Timur (East Asia Summit/EAS), Asean harus mengidentifikasi prinsip-prinsip bersama yang memandu hubungan seluruh negara peserta. 
 
Dengan demikian diharapkan tata hubungan yang damai dan bersahabat tidak lagi terbatas pada Asia Tenggara, tapi meluas ke negara-neagra pelaku utama di kawasan Asia Timur.
 
“Kita membentuk East Asia Summit tentu bukan untuk  menimbulkan perpecahan, tapi justru untuk meningkatkan persatuan dan kebersamaan,” ucapnya.
 
Agenda lainnya, lanjut SBY, Asean perlu menjaga stabilitas dan keamanan kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur. Untuk itu, Asean harus bertindak proaktif memfasilitasi dan melibatkan diri dalam penyelesaian persoalan berbagai isu-isu yang menghambat akselerasi dan kerjasama Asean.
 
“Dalam  masa keketuan Indonesia, Asean memfasilitasi dialog damai masalah perbatasan antara kamboja dan Thailand. Ke depan kita harus terus meningkatkan kapasitas dan kemampuan  Asean dalam resolusi konflik.”
 
Dia menambahkan dalam upaya Asean menciptakan perdamaian dan stabilitas kawasan telah mengalami kemajuan menyusul penerimaan negara-negara pemilik senjata nuklir terhadap kerangka Kerjasama Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara.  
 
Momentum tersebut harus dimanfaatkan dengan sesegera mungkin menandatangani protocol Kerjasama Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara tersebut. (arh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper