Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

Kabar ekonomi yang dimuat harian umum di Jawa Barat a.l soal optimisme perajin rotan Jawa Barat setelah mendapatkan kepastian terpenuhinya bahan baku, dan tentang pupuk subsidi di Ciamis tidak bisa diserap lantaran petani mengosongkan lahannya selama musim kemarau lalu. Berikut rangkumannya:
 
Ekspor kerajinan rotan kembali menggeliat
BANDUNG: Pengusaha rotan di Jawa Barat (Jabar) optimistis, produk turunan rotan akan kembali menggeliat dalam satu tahun ke depan seiring terpenuhinya pasokan bahan baku rotan dalam negeri.
 
Ketua Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Sentra Cirebon Sumartja mengatakan, kembali menggeliatnya produksi kerajinan rotan setelah pemerintah berencana menghentikan ekspor bahan baku rotan.
 
Kebijakan tersebut, lanjut dia, membuat pengusaha produk rotan berencana menjajal bisnis tersebut.Pasalnya, lesunya bisnis produk rotan beberapa tahun terakhir akibat kelangkaan bahan baku rotan.
 
“Saya optimistis,akan bermunculan sentra-sentra kerajinan rotan di Indonesia. Pusatnya tidak lagi hanya ada di Cirebon. Tapi juga daerah lainnya seperti Kuningan, Majalengka, dan Indramayu. Termasuk di provinsi lainnya seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah,” jelas Sumartja kemarin. Optimismenya tersebut, juga didorong prospektifnya pasar internasional pada produk rotan.(Sumber: Seputar Indonesia Jabar)
 
Penyerapan pupuk subsidi kurang
BANDUNG: Sebanyak 16.000 ton pupuk bersubsidi untuk wilayah Kabupaten Ciamis tidak terserap pada musim tanam kali ini,karena mayoritas lahan di Ciamis dalam keadaan kosong akibat musim kemarau beberapa bulan lalu.
 
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis Endang Supardi menyebutkan, luas pertanian di wilayah Kabupaten Ciamis yang kondisinya dalam keadaan kosong sedikitnya tercatat 30.000 hektare (ha), luas lahan itu tersebar di 36 kecamatan se-Kabupaten Ciamis dengan total areal paling luas terdapat di wilayah Kecamtan Cimerak,Kabupaten Ciamis.
 
“Kalau dikatakan pupuk di tingkat pengecer terjadi kelangkaan memang benar adanya, karena beberapa bulan lalu tidak ada petani yang membutuhkan sehingga pupuk itu disimpan di tingkat distributor dan kios-kios besar,” ujar Endang ditemui di kawasan pertanian Perbatasan Utama, Desa Sukamaju,Kelurahan Kertasari, Kecamatan/Kabupaten Ciamis,kemarin. Endang menyebutkan, akibat minimnya kebutuhan petani, para pengecer banyak yang memilih mengembalikan pupuk kepada distributor.
 
Hal itu karena beberapa jenis pupuk yang warnanya putih mengalami perubahan warna menjadi kemerahan akibat tidak ada yang membeli. “Jadi, bukan langka, memang kebutuhan menurun akibat luas tanam sedikit, selama kemarau beberapa bulan lalu. Jadi,wajar banyak pupuk yang tidak terserap,”beber dia. (Sumber: Seputar Indonesia Jabar)
 
Penanganan BBM Bersubsidi
BANDUNG: Bobolnya kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terjadi karena pemerintah tidak serius menata dan membenahi persoalan energi serta transportasi di tanah air. Apalagi, setiap tahunnya kuota BBM bersubsidi selalu ditetapkan di bawah kebutuhan alami.
 
Demikian diungkapkan pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas), Acuviarta Kartabi, di Bandung, Selasa (8/11). Selain persoalan tersebut, diakui dia, penyelewengan BBM subsidi juga ikut memberikan andil, tapi bukan satu-satunya penyebab utama.
 
“Adanya penyelewengan memang benar, tapi jangan selalu dikambinghitamkan. Faktanya ini adalah persoalan yang terus berulang dari tahun ke tahun dan bukan tanpa solusi. Masalah ini sebenarnya lebih karena penetapan kuota yang terlalu rendah dan parameter yang tidak memperhitungkan kebutuhan,” katanya.
 
Secara alami, konsumsi BBM sangat dipegaruhi oleh peningkatan jumlah kendaraan bermotor dan mobilitas masyarakat. Kemacetan ikut andil mendorong konsumsi BBM subsidi.(Sumber: Pikiran Rakyat)
 
Okupansi hotel terus naik
BANDUNG: Tingkat hunian (okupansi) sejumlah hotel di Bandung menjelang akhir tahun terbilang tinggi. Kondisi ini terdongkrak pola tahunan, saat lembaga pemerintah maupun swasta banyak melaksanakan kegiatan di hotel.
 
“Setiap akhir tahun, hunian hotel di Bandung selalu bagus, kecuali untuk kota-kota lain di Jawa Barat,” Ketua DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat Herman Muchtar, Selasa.
 
Dia mengatakan, tren tahunan hunian hotel menunjukkan grafik naik setiap menjelang akhir tahun. Ini berkaitan dengan banyaknya lembaga, swasta maupun pemerintah, yang “menghabiskan anggaran” sebelum tutup buku akhir tahun. Maka tak heran jika hotel, terutama penyedia fasilitas Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE) di kota besar seperti Bandung dipadati pengunjung. (Sumber: Pikiran Rakyat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper