SINGAPURA: Konferensi Singapore Global Dialog dan Sentosa Roundtable 2011 yang digelar akhir pekan lalu mencuatkan isu penting yang menjadi perbincangan dunia akhir-akhir ini: the powerless government around the world.
Para pembicara dari berbagai latar belakang menilai para pemimpin dunia gagal dalam merespons pelemahan ekonomi global sehingga menimbulkan krisis kepercayaan yang berakibat munculnya hukuman pasar dalam bentuk kejatuhan saham dan mata uang.
Para pelaku pasar merasa kecewa, tidak puas dan frustasi terhadap respon para pemimpin dunia di Eropa dan Amerika Serikat, yang dinilai terlambat mengantisipasi dan mencari penyelesaian krisis ekonomi global.
“Respons kebijakan lambat sehingga menimbulkan penurunan [pasr] yang signifikan. Pasar menekan pengambil kebijakan untuk [segera] bereaksi. Respons kebijakan global lemah,” ujar Kevin M. Warsh, pengajar pada Stanford University.
“Policy maker gagal melakukan kebijakan yang tepat dalam merespons krisis Eropa dan Amerika. Pasar tidak happy dengan pembuat kebijakan. Para pemimpin politik [kepala pemerintahan dan kepala negara] gagal memahami bagaimana pasar bekerja,” ujar Stephen Jen, Managing Partner SLJMacroPartner, yang diamini pembicara yang lain dalam panel 2011 Sentosa Roundtable, Sabtu (24/9) saat membahas mengenai kejatuhan mata uang global dan pasar saham belakangan ini.
Panel yang membahas kejatuhan mata uang itu juga menghadirkan pembicara Laura Cha, Deputy Chairman HSBC, Fan Gang, Direktur Riset Ekonomi Nasional China, dan Shriti Vadera dari Shriti Vadera Ltd.
Konferensi tersebut melibatkan para pemimpin dunia dan mantan pemimpin dunia yang dihadiri sejumlah mantan Perdana Menteri dari Asia dan Eropa sebagai peserta. Panel diskusi antara lain membahas mengenai lemahnya kebijakan para politisi pemimpin dunia saat ini dalam merespon krisis global.
Mata uang Asia jatuh pekan lalu, sedangkan indeks harga saham di sejumlah negara juga terkoreksi tajam. IHSG bahkan sempat turun 8% hingga posisinya berada di level 3.300-an akhir pekan lalu.
Namun mantan Perdana Menteri Belanda Jan Piter Balkenende protes terhadap penilaian tersebut. “Jangan salahkan politisi. Jujurlah, institusi keuangan juga perlu melakukan perbaikan, termasuk perbaikan arsitektur sistem keuangan global,” ujar Balkenende yang langsung berdiri saat peserta diberi kesempatan bertanya oleh Nik Gowing dari International Broadcast Journalist, yang bertindak sebagai moderator.