Hal ini dikemukakan oleh Presiden Direktur Mizan Publishing Haidar Bagir kepada Bisnis hari ini di Jakarta.
Menurut pria kelahiran Solo ini, masalah ini turut dipicu oleh keluhan beberapa pimpinan perguruan tinggi yang mengeluhkan para mahasiswa semakin malas membaca buku akademik. Solusi untuk menggerakkan minat baca akan buku jenis ini, mutlak diperlukan kerja sama antara keempat komponen tersebut.
"Pertama, buku itu harus mudah diperoleh. Toko buku tidak boleh memilih-milih hanya buku yang laku yang dipajang. Bagaimana solusi ini berjalan jika bukunya sulit diperoleh? Jadi, sisihkan rak pajang untuk buku-buku akademik," tutur Haidar.
Haidar menambahkan, pihak NGO bisa turut memdistribusikan buku-buku ini sembari menjalankan program mereka. Mizan Publishing memiliki unit khusus penerbitan buku tipe ini dan siap merugi karena sadar penjualan buku ini belum menguntungkan.
"Ini merupakan bentuk tanggung jawab kami kepada masyarakat, semacam corporate social responsibility Mizan Publishing. Kalau pun tidak laku dijual, setidaknya kalangan intelektual telah membaca buku ini dan menyebarkan ilmu kepada masyarakat," jelas Haidar. (ea)