Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Isi Risalah Rapat The Fed 20-21 Maret

Seluruh anggota pembuat kebijakan Federal Reserve menilai ekonomi AS akan menguat lebih lanjut dan inflasi akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang.
The Federeal Reserve/telegraph.co.uk
The Federeal Reserve/telegraph.co.uk

Bisnis.com, JAKARTA – Seluruh anggota pembuat kebijakan Federal Reserve menilai ekonomi AS akan menguat lebih lanjut dan inflasi akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang.

Berdasarkan risalah rapat kebijakan Komite Pasar Terbuka (FOMC minutes) pada 20-21 Maret yang dirilis Rabu (11/4/2018), The Fed secara bulat memutuskan untuk menaikkan biaya pinjaman sebesar 25 basis poin.

Risalah rapat tersebut juga menunjukkan sikap hati-hati para pembuat kebijakan tentang dampak kebijakan perdagangan dan fiskal pemerintahan Presiden Donald Trump.

“Semua peserta sepakat prospek ekonomi di luar kuartal saat ini telah menguat dalam beberapa bulan terakhir,” terang The Fed dalam risalah rapatnya. “Selain itu, semua peserta memperkirakan inflasi pada basis 12 bulan akan bergerak naik dalam beberapa bulan mendatang.”

Sejumlah indeks saham utama di bursa Wall Street bergerak lebih rendah menyusul rilis risalah rapat ini. Bursa saham AS bahkan berakhir memerah pada perdagangan Rabu akibat terbebani risalah rapat tersebut yang memicu kekhawatiran tentang pandangan lebih hawkish atas kenaikan suku bunga.

“Dari sisi pasar, tidak banyak yang bisa diambil, pelaku pasar masih mengharapkan kenaikan bertahap,” ujar Gennadiy Goldberg, interest rates strategist di TD Securities, New York, seperti dikutip Reuters.

Rentang target The Fed untuk suku bunga acuannya saat ini di antara 1,50%-1,75%. Langkah penaikan suku bunga pada Maret adalah yang keenam kalinya dilakukan sejak bank sentral AS ini memulai siklus pengetatan kembali pada Desember 2015.

Ketika ekonomi telah menguat, The Fed meningkatkan laju kenaikan. The Fed juga memprediksi dua penaikan lebih lanjut tahun ini, meskipun prediksi triwulanan pada pertemuan terakhir menunjukkan lebih banyak pembuat kebijakan yang mendukung tiga kali penaikan lebih lanjut pada 2018.

Takaran inflasi yang disukai The Fed saat ini berada pada 1,6%. The Fed telah menggarisbawahi target inflasi 2% selama enam tahun, tetapi berbagai indikator akhir-akhir ini menunjukkan tekanan harga yang meningkat.

Pembuat kebijakan juga melihat dorongan tambahan dari ekonomi atas mengetatnya pasar tenaga kerja, melemahnya dolar, serta stimulus dari paket pemotongan pajak penghasilan senilai US$1,5 triliun dan peningkatan belanja pemerintah belum berdampak pada ekonomi.

Sebelumnya pada Rabu, salah satu ukuran utama The Fed dari harga konsumen, yakni CPI inti, naik 2,1% year-on-year pada Maret, kenaikan terbesar sejak Februari 2017, setelah meningkat 1,8% pada Februari.

Kekhawatiran Kebijakan

Satu potensi yang tetap memusingkan bagi The Fed adalah ancaman tarif perdagangan senilai puluhan miliar dolar antara pemerintahan Trump dan China.

Jika benar-benar diterapkan, ini dapat merusak pertumbuhan AS serta menaikkan harga konsumen. Ketegangan tersebut telah mengguncang pasar finansial atas potensi kerusakan pada pertumbuhan global beberapa waktu terakhir.

Dalam risalah yang sama, pembuat kebijakan menunjukkan kekhawatiran tentang hal ini serta ketidakpastian mengenai implikasi stimulus Trump pada kesinambungan fiskal dan tingkat bunga riil.

“Mayoritas peserta melihat prospek tindakan perdagangan balasan oleh negara lain, serta masalah lain dan ketidakpastian yang terkait dengan kebijakan perdagangan, sebagai risiko kerugian bagi perekonomian AS,” jelas risalah tersebut.

Sejak pertemuan yang berlangsung pada Maret, pejabat Fed telah secara besar-besaran mengadopsi sikap wait and see untuk kebijakan perdagangan, dengan menggarisbawahi ketidakjelasan apakah tarif tetap akan diberlakukan.

The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan kebijakan berikutnya pada 1-2 Mei, tetapi investor melihat potensi kenaikan suku bunga lainnya pada pertemuan kebijakan yang digelar pertengahan Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper