Kabar24.com, JAKARTA -- Beberapa hari terakhir berita di media massa diwarnai soal gonjang-ganjing daging sapi, meski sempat tertutup sebentar oleh pergantian menteri, namun ramai lagi oleh aksi penyidik Bareskrim menggerebek kantor importir sapi di Tangerang, Banten.
Bang Akbar, demikian biasa disapa, penjaja bakso di samping Mabes Polri, Jakarta Selatan, ternyata tak antusias mendengar berita penyidik Badan Reserse Kriminal Polri menggerebek perusahaan penggemukan sapi (feedloter).
"Mau gerebek, mau gak [gerebek] tetap aja harga [seporsi] segitu-gitu aja dijualnya, gak ngaruh," ujarnya saat ditanya Bisnis, Kamis (14/8/2015) malam.
Dia seolah tidak penasaran dengan informasi penggeledahan yang menjadi buah bibir itu, bahkan sekedar untuk menanyakan perusahaan mana yang digerebek anak buahnya Komjen Pol. Budi Waseso pun tidak. Meski separuh pembeli baksonya adalah penyidik Bareskrim.
Saat disinggung soal enggan menaikkan harga semangkuk bakso kendati harga daging menanjak, Akbar pun antusias.
Dia menuturkan, usai lebaran harga satu butir bakso naik menjadi Rp800. Sebelum lebaran harga per butir bakso masih dipatok Rp700. Tak terkecuali harga per butir bakso besar yang berisi urat dan daging, dari sebelumnya Rp7.000, seusai lebaran naik Rp8.000.
"Pas habis pulang kampung ke agen beli bakso ternyata naik. Agen bilang harga daging sekarang soalnya lagi naik," ujarnya.
Dia harus memutar otak agar kenaikan itu tak berdampak pada daya beli konsumennya, namun tidak terlalu menguras modalnya. Akbar menyiasatinya dengan mengurangi jumlah bakso dalam satu porsi, dari delapan butir menjadi tujuh butir.
Tetapi untuk harganya tetap, per porsi Rp10.000. Pasalnya bila menaikkan harga, Akbar khawatir pelanggan akan berkurang.
"Sebenarnya saya kurangi itu, cuma kadang yang beli kan gak ngitung, yang beli kan maunya harga tetap," keluhnya seraya menyiapkan seporsi bakso untuk pelanggannya.
Gerebek
Kendati demikian, Akbar berharap harga daging di pasaran kembali normal sehingga dengan begitu harga bakso di agen juga akan berpengaruh. Apalagi dalam sepekan ini pelanggannya berkurang sejak pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Raden Patah ditertibkan Satpol PP.
Pada Rabu (12/8/2015), penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim menggerebek dua importir sapi yaitu PT. BPS dan PT. TUM di Tangerang. Di PT BPS penyidik menemukan sekitar 3.164 ekor sapi, lalu terdapat 500 ekor sapi yang sudah layak jual atau potong, namun tetap berada di peternakan.
Adapun pemilik perusahaan tersebut adalah BH, PH, dan SH yang juga pemilik PT. TUM. Sementara saat penggeledahan di PT. TUM, penyidik menemukan data sapi berjumlah 18.524, sementara sapi layak potong sekitar 4.000 ekor masih di peternakan.
Usai meninjau lokasi, penyidik kemudian memasang police line, mengamankan data, dan dokumen keluar masuknya sapi, serta memeriksa para saksi dan pemilik.
Seperti diketahui, sekitar 12.000 pedagang daging di 153 pasar tradisional di Jabodetabek menggelar aksi mogok selama empat hari sejak Minggu (9/8/2015) hingga Rabu (12/8/2015), untuk memprotes tingginya harga karkas yang sampai di tangan penjual.
Sebagai informasi, harga daging sapi di pasar Sumatera hingga Jawa Timur dilaporkan mencapai Rp120.000 - Rp140.000 per kg, naik rata-rata 30 % sejak sebelum lebaran.
Pemerintah dan kepolisian menduga lonjakan harga terjadi karena para feedloter menahan pasokan sapi mereka sebagai tindakan memprotes keputusan pemerintah yang membatasi impor sapi bakalan kuartal III/2015 yaitu sebesar 50 ribu ekor.