Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Devi Triasari, Anak Petani Peraih IPK 3,99 Ditawari S2 ke Luar Negeri

Devi Triasari, anak petani miskin asal Kabupaten Ngawi Jawa Timur peraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,99 di Fakultas Hukum Universitas Negeri Solo (UNS), bernasib mujur karena dia bebas memilih negara mana saja untuk melanjutkan sekolah magister (S-2).
Devi Triasari/facebook/yus
Devi Triasari/facebook/yus

Kabar24.com, JAKARTA - Devi Triasari, anak petani miskin asal Kabupaten Ngawi Jawa Timur peraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,99 di Fakultas Hukum Universitas Negeri Solo (UNS), bernasib mujur karena dia bebas memilih negara mana saja untuk melanjutkan sekolah magister (S-2).

Keputusannya untuk batal ke Jepang menjadi tenaga kerja wanita, kini terbayar sudah. Putri pasangan buruh tani dan pembantu rumah tangga ini sempat tergiur oleh tawaran gaji buruh di Jepang. Namun, untuk bisa bekerja di sana, dia harus mahir berbahasa Jepang. "Ternyata harus kursus," ujarnya.

Akhirnya, rencana itu harus dia kubur dalam-dalam lantaran tidak memiliki biaya untuk kursus.

Beruntung Devii bisa kuliah, dua saudara kandungnya bahkan harus puas dengan hanya memiliki ijazah sekolah dasar.  Keluarga Ayahnya, Suwito, merupakan buruh tani yang hanya tamatan sekolah dasar. Sedangkan ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. "Ibu tidak lulus SD," kata Devi.

Keluarganya tinggal di Desa Guyung, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Menurut Devi, rumahnya yang berada di Desa Guyung berukuran sangat kecil dan reyot.

"Bagian belakangnya bahkan sudah roboh". Kondisi itu membuat hanya satu kamar yang bisa digunakan. "Kalau saya pulang, tidurnya bareng-bareng," ujarnya.

Selepas SMK, Devi sempat bekerja selama satu tahun di sebuah perusahaan kontraktor. Setelah itu, dia mendaftar kuliah di universitas negeri melalui jalur beasiswa Bidik Misi. Walaupun hanya menginap di sebuah kamar yang dijadikan gudang pada 2011, Devi berhasil lulus ujian seleksi mahasiswa Fakultas Hukum UNS.

Jualan Pulsa

Selama kuliah, Devi harus membiayai hidupnya sendiri. Selain berjualan pulsa, dia bekerja sebagai guru les privat dan di lembaga bimbingan belajar.

Devi, yang akan diwisuda pada pertengahan Juni ini, memperoleh nilai nyaris sempurna dengan IPK 3,99 dalam skala 4. Padahal, saat duduk di sekolah menengah kejuruan (SMK), dia tidak terpikir bisa mengenyam bangku kuliah. "Orang tua tidak punya biaya," ujarnya.

Dia bangga karena meraih gelar sarjana tanpa mengandalkan uang dari orang tua. Untuk kebutuhan hidup serta membayar kos, dia berjualan pulsa hingga mengajar privat. Devi menerima beasiswa Rp 600 ribu per bulan yang dibayarkan per triwulan. "Terkadang harus utang ke teman, menunggu beasiswa cair.”

Saat ini, Devi mengaku telah mendapat sejumlah tawaran beasiswa kuliah S-2 di luar negeri. Namun dia akan memilih beasiswa yang memberikan uang kuliah sekaligus biaya hidup.

Dekan Fakultas Hukum UNS, Supanto, mengatakan sejumlah tawaran beasiswa sudah mengalir untuk Devi. "Kami menyerahkan kepada Devi untuk memilihnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Yusran Yunus
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper