Bisnis.com, JAKARTA - Putri mantan pemimpin Thailand Thaksin Shinawatra, Paetongtarn Shinawatra, akan menjadi Perdana Menteri Thailand selanjutnya setelah pencopotan Srettha Thavisin dari jabatan tersebut oleh Mahkamah Konstitusi setempat.
Mengutip Bloomberg pada Kamis (15/8/2024), Paetongtarn, 37 tahun, akan mengikuti pemungutan suara parlemen pada Jumat besok sebagai calon dari kelompok multi-partai yang dipimpin oleh Partai Pheu Thai.
Pencalonan Paetongtarn didukung oleh koalisi beranggotakan 11 orang yang memiliki lebih dari 300 anggota di Dewan Perwakilan Rakyat yang beranggotakan 500 orang, kata Sekretaris Jenderal Pheu Thai Sorawong Thienthong.
Paetongtarn merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara Thaksin. Dia adalah wajah terbaru dari klan Shinawatra yang mendominasi pemilu di Thailand namun sering dicopot dari jabatannya.
Dia ditetapkan menjadi wanita kedua yang menjadi perdana menteri Thailand setelah bibinya Yingluck Shinawatra.
Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi Thailand mencopot Perdana Menteri Srettha Thavisin dari jabatannya pada Rabu (14/8/2024) karena menunjuk seorang mantan pengacara yang pernah menjalani hukuman penjara ke dalam kabinetnya.
Baca Juga
Mengutip Reuters, Thavisin, yang merupakan taipan real estate, menjadi perdana menteri Thailand keempat dalam 16 tahun yang diberhentikan berdasarkan putusan pengadilan yang sama. Pencopotan ini dilakukan setelah pengadilan memutuskan Thavisin melanggar konstitusi dengan menunjuk seorang menteri yang tidak memenuhi standar etika.
Thavisin mempertahankan penunjukannya mantan pengacara Shinawatra, Pichit Chuenban, yang pernah dipenjara karena penghinaan terhadap pengadilan pada 2008 atas dugaan upaya menyuap staf pengadilan, berada di atas dewan. Tuduhan suap tersebut tidak pernah terbukti dan Pichit mengundurkan diri pada bulan Mei.
Beberapa ahli politik menyebut Pheu Thai masih memiliki kekuatan untuk memimpin pemerintahan berikutnya, setelah periode negosiasi politik dan ketidakpastian tentang siapa yang akan memegang kendali. Olarn Thinbangtieo, wakil dekan Fakultas Ilmu Politik dan Hukum Universitas Burapha menyebut koalisi ini masih akan tetap bersatu.
"Mungkin ada dampak pada kepercayaan diri, tetapi itu hanya dalam jangka pendek," kata Thinbangtieo, dilansir dari Reuters.