Bisnis.com, SOLO - Agoda membuat survei bertajuk "Women in the Workplace: Asia" yang menunjukkan adanya ketidaksetaraan gender dalam dunia kerja.
Dalam survei tersebut dijelaskan bahwa ketidaksetaraan gender (glass ceiling) masih terjadi dan menjadi faktor seseorang berhenti bekerja.
Seperempat responden mengaku memilih berhenti kerja karena munculnya diskriminasi gender.
Hampir separuh dari responden yang disurvei (46%) percaya bahwa masih ada ketidaksetaraan gender yang dialami perempuan di negara mereka.
Responden dari Vietnam (63%), Thailand (56%), dan Taiwan (53%) cenderung setuju, sementara responden Filipina kurang sependapat (27%) dengan hal tersebut.
Setelah dianalisa lebih lanjut, survei ini menunjukkan bahwa proporsi lebih kecil dari responden pria dan non-biner (41%) meyakini bahwa ketidaksetaraan gender masih ada, dibandingkan responden perempuan (52%).
Baca Juga
Namun dalam kelompok usia 18-24 tahun, meyakini bahwa ketidaksetaraan gender masih ada. Menurut mereka hal ini menjadikan seseorang untuk berhenti kerja.
Namun saat ini perubahan sedang terjadi di negara-negara berkembang. Survei menunjukkan bahwa hasilnya lebih optimistis akan terjadinya perbaikan.
7 dari 10 responden meyakini bahwa lingkungan tempat kerja untuk perempuan telah mengalami perubahan yang lebih baik dalam lima tahun terakhir (secara marjinal 41%, secara signifikan 28%), dengan hanya 8% yang percaya bahwa kondisinya memburuk.
Menurut data, Jepang dan Korea Selatan merupakan negara yang kurang melihat perbaikan di lingkungan tempat kerja bagi perempuan, dengan masing-masing 57% dan 40% responden yang menganggap tidak ada perubahan atau lingkungan kerja memburuk.
Sebaliknya, perbaikan signifikan selama lima tahun terakhir terlihat di Filipina (44%), India (36%), Indonesia (36%), Vietnam (35%), dan Thailand (28%).
"Peningkatan di lingkungan tempat kerja yang menguntungkan perempuan sebenarnya juga menguntungkan organisasi secara keseluruhan. Meskipun mungkin masih ada hambatan karier, namun hal ini tidak sepenuhnya kabar buruk. Ada sentimen bahwa kondisi sedang membaik di seluruh wilayah ini, terutama di negara berkembang," ujar Eliana Carmel, Chief People Officer Agoda, dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Senin (13/11/2023).
Hasil studi kemudian menunjukkan bahwa usia 18-24 tahun cenderung tidak menerima diskriminasi gender, baik yang nyata maupun yang dirasakan.
Organisasi yang akan berhasil harus menciptakan budaya dan lingkungan yang tidak hanya mempromosikan kesetaraan gender, namun juga secara aktif mencontohkannya setiap hari.
Eliana menambahkan bahwa studi Agoda ini dapat memberi wawasan tentang perubahan pandangan generasi terhadap inklusivitas di tempat kerja.
Temuan ini juga diharapkan bisa memberi informasi penting bagi perusahaan yang ingin mempertahankan talenta berkualitas di Asia.
"Menciptakan budaya di mana orang merasa dihormati secara sosial dan profesional adalah hal yang sangat penting. Keadilan dalam peluang - baik kemampuan untuk melihat peluang yang ada dan memiliki akses ke fasilitas, atau pelatihan untuk menjangkau peluang tersebut, sangat jelas terlihat dari studi ini. Bagi organisasi yang ingin merekrut talenta terbaik, maka jalur karier yang jelas, tujuan, dan kejelasan tentang seperti apa kesuksesan tampak semakin penting," ujar Eliana.