Bisnis.com, SOLO - China disebut akan mengambil banyak keuntungan dari konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Akan tetapi, keuntungan yang dimaksud bukan dalam bentuk materi, tapi keterlibatan.
Dilansir dari BBC, pemimpin China Xi Jinping mengatakan pada hari Rabu bahwa Beijing akan mengirim utusan ke Ukraina untuk membahas kemungkinan "penyelesaian politik" untuk perang Rusia dengan negara tersebut.
Manuver ini mengejutkan sebab sebelumnya Beijing mengatakan menghindari keterlibatan atas konflik yang terjadi antara dua negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Laporan menyebut jika Xi telah mengatakan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bahwa seorang utusan China, mantan duta besar China untuk Rusia, akan mengunjungi Ukraina untuk membahas kemungkinan penyelesaian politik.
China akan ambil keuntungan
Menurut Start Tribune, China akan sangat mengambil keuntungan dari keterlibatan mereka kali ini.
Seperti diketahui, China adalah satu-satunya pemerintah besar yang memiliki hubungan persahabatan dengan Moskow serta pengaruh ekonomi sebagai pembeli terbesar minyak dan gas Rusia setelah Amerika Serikat.
Baca Juga
Beijing, yang melihat Moskow sebagai mitra diplomatik dalam menentang dominasi AS dalam urusan global, telah menolak mengkritik invasi tersebut.
Mereka kemudian menggunakan statusnya sebagai salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk membelokkan serangan diplomatik terhadap Rusia.
Pemerintah Xi telah mengejar peran yang lebih besar dalam diplomasi global.
Salah satunya adalah sebagai bagian dari kampanye untuk mengembalikan China ke apa yang dilihat Partai Komunis yang berkuasa sebagai status yang sah sebagai pemimpin politik dan ekonomi untuk membangun tatanan internasional yang mendukung kepentingan Beijing.
Mengacu pada alasan ini, mediasi antara Ukraina dan Rusia akan meningkatkan kehadiran China di Eropa Timur.
Itu telah memicu keluhan dari beberapa pejabat Eropa bahwa China mencoba untuk mendapatkan pengaruh atas Uni Eropa.
Profesor ilmu politik Kimberly Marten dari Barnard College di Universitas Columbia di New York meragukan China akan berhasil dalam peran pembawa damai.
''Saya sulit percaya bahwa China dapat bertindak sebagai pembawa damai,'' katanya, menambahkan bahwa Beijing telah ''terlalu dekat dengan Rusia.''