Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin memastikan bahwa konsistensi hilirisasi dan industrialisasi merupakan kunci Indonesia untuk melompat dari negara berkembang menjadi negara maju.
Oleh karenanya, dia menegaskan bahwa pemerintah akan serius dalam mendorong proses berjalannya hilirisasi industri di Tanah Air, di mana konsep itu tak hanya menyasar satu sektor tertentu saja.
“Hilirisasi itu sudah sesuatu yang menjadi keputusan pemerintah bahwa kami akan memulai hilirisasi bukan hanya tambang, semua saja kita akan hilirisasi untuk itu pemerintah [akan] banyak memberikan insentif-insentif, saya kira begitu,” ujarnya kepada wartawan, dikutip melalui Youtube Sekretariat Wapres, Jumat (10/2/2023).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa pemerintah konsisten mendorong hilirisasi juga sebagai upaya agar Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.
Menurutnya, hilirisasi harus dilakukan dalam berbagai sektor, baik di sektor pertambangan minerba, minyak sawit mentah (CPO), hingga sumber daya alam laut. Presiden RI Ke-7 ini meyakini, hilirisasi memberikan nilai tambah yang berlipat ganda.
"Saya sudah sering menyampaikan mengenai minerba dan gas, dari yang namanya nikel, lompatan kita dari US$1,1 juta melompat menjadi US$30 juta setelah ada hilirisasi. Kemudian nanti lari ke bauksit, lari ke timah, lari ke tembaga, lari ke emas, lari ke gas alam dan minyak. Kalau ini betul-betul secara konsisten kita kerjakan, jadilah kita negara maju," tegasnya.
Baca Juga
Di sektor sumber daya alam laut, Preside nasal Surakarta ini mengingatkan potensi besar yang dimiliki oleh Indonesia yang memiliki wilayah laut seluas 3,25 juta kilometer persegi. Berbagai potensi kekayaan alamnya seperti rumput laut dan aneka ragam ikan, kata Presiden, belum dimanfaatkan potensinya semaksimal mungkin.
Kepala Negara memberikan contoh, Indonesia merupakan eksportir nomor satu rumput laut tetapi dalam bentuk mentah. Di saat yang sama, Indonesia juga merupakan eksportir nomor tiga karagenan, bahan yang diekstrak dari rumput laut. Di lain sisi, Tiongkok merupakan importir nomor satu rumput laut, tetapi merupakan eksportir nomor satu karagenan.
"Ini yang harus kita tiru. Kita harusnya menjadi eksportir nomor satu bahan mentah (rumput laut), tetapi juga eksportir nomor satu karagenan, harusnya seperti itu, dan nilai tambah yang ada di sini akan melompat," imbuhnya.
Demikian halnya dengan ikan tuna, cakalang, dan tongkol, Indonesia merupakan eksportir nomor satu untuk ketiga komoditas tersebut. Namun, di saat yang sama Indonesia juga merupakan importir nomor satu tepung ikan.
"Ini sudah didorong ke luar kemudian kita impor lagi dalam bentuk tepung ikan. Apa enggak bisa kita menghilirkan ini, mengindustrialisasikan ikan kita menjadi tepung ikan? Sesulit apa? Kok, sulit banget, sih? Enggak. Kalau kita belum mampu ya gandeng partner. Saya selalu sampai gandeng partner, jangan ragu-ragu untuk masuk ke sana. Kemudian RRT kita lihat importir nomor dua tuna, cakalang, tongkol segar, tapi bisa menjadi eksportir nomor empat tepung ikan. Gandeng partner," paparnya.
Menurutnya, hal terpenting dalam hilirisasi adalah mengintegrasikan beragam komoditas tersebut, baik di sektor minerba, CPO, maupun sumber daya alam hasil laut. Presiden memperkirakan proyeksi dampak hilirisasi dari minerba, migas, dan kelautan bisa mencapai ratusan miliar dolar AS dan membuka jutaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
"Sekali lagi saya minta dukungan mengenai ini [hilirisasi], bagaimana memberikan sosialisasi mengenai pentingnya hilirisasi karena proyeksi dampak hilirisasi dari minerba, migas, dan kelautan bisa sampai angka US$715 juta dan lapangan kerja yang terbangun bisa 9,6 juta. Besar sekali. Inilah yang akan terus kita kejar," tandas Jokowi.