Bisnis.com, JAKARTA - Militer Korea Utara (Korut) memerintahkan unit-unit pasukannya untuk menembakkan artileri ke laut dekat Korea Selatan (Korsel) selama 2 hari berturut-turut.
Tembakan artileri dari Korut itu dimaksudkan sebagai tanggapan atas latihan tembakan langsung Korsel di wilayah perbatasan.
Staf Umum Tentara Rakyat Korea Utara mengungkap hal tersebut sehari setelah negaranya menembakkan sekitar 130 peluru artileri ke perairan dekat perbatasan laut barat dan timur Korea Selatan, dan meningkatkan ketegangan.
Seorang juru bicara (jubir) militer Korut yang enggan disebutkan namanya, mengatakan rencana penembakan artileri pada Selasa (6/12/2022) itu dimaksudkan sebagai peringatan untuk Korsel, karena Korut mendeteksi tanda-tanda latihan artileri Korsel di wilayah perbatasan.
Saat ini, tentara Korsel sedang melakukan latihan penembakan langsung, melibatkan beberapa sistem peluncuran roket dan howitzer, seperti dilansir dari CNA, Selasa (6/12/2022).
Latihan tersebut dilakukan di dua tempat pengujian terpisah di wilayah Cheorwon, dimulai pada Senin (5/12/2022) dan berlanjut hingga Rabu (7/12/2022).
Baca Juga
Kepala Staf Gabungan Korsel mengatakan peluru-peluru Korut yang ditembakkan jatuh di sisi utara zona penyangga yang dibuat berdasarkan perjanjian antar-Korea 2018.
Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi ketegangan militer, dan mendesak Korut untuk mematuhi perjanjian tersebut.
Peluncuran artileri kali ini adalah yang pertama kali bagi Korea Utara menembakkan senjata ke zona penyangga maritim sejak (3/11/2022), sekitar 80 peluru artileri mendarat di sisi zona Korea Utara di lepas pantai timurnya.
Korea Utara telah menembakkan banyak rudal, termasuk beberapa uji coba sistem rudal balistik antarbenua yang berpotensi mampu menjangkau jauh ke daratan Amerika Serikat (A) dan rudal jarak menengah yang diluncurkan di atas Jepang.
Korea Utara juga telah melakukan serangkaian peluncuran jarak pendek sebagai simulasi serangan nuklir terhadap target Korea Selatan dan AS.
Adapun simulasi serangan nuklir tersebut sebagai reaksi kemarahan Korea Utara terhadap meluasnya latihan militer AS bersama dengan Korea Selatan, yang dipandang sebagai latihan yang memicu potensi invasi.
Para ahli telah mengatakan, bahwa Korea Utara berharap untuk bisa menegosiasikan konsesi ekonomi dan keamanan dari posisi yang kuat dan memaksa AS untuk menerimanya sebagai tenaga nuklir.
Para pejabat Korea Selatan mengatakan Korea Utara mungkin akan segera melakukan uji coba nuklir pertamanya sejak 2017.