3 Alasan Diserahkan ke Swasta
Kepada Bisnis, Rabu (12/10/2022), Tri menyebut, bahwa saat ini ada lima kapal riset yang pengelolaannya dilakukan mitra pelaku usaha profesional.
Berikut alasan BRIN menyerahkan pengelolaan 5 kapal riset kepada PT. Sinarmas LDA Maritime:
1. Pengelolaan kapal riset oleh pemerintah dengan pola anggaran pemerintah tidak sesuai
“Kami tidak memungkinkan membayar gaji ABK (anak buah kapal, red) sesuai standar industri karena melampaui standar menteri keuangan. Akhirnya, kami hanya memiliki ABK yang tidak tersertifikat,” ujar Tri.
Dampaknya, otomatis kapal secara keseluruhan menjadi tidak tersertifikasi dan tidak dapat diasuransikan.
Selain itu, para pemakai potensial dari eksternal tidak ada, sehingga utilisasi kapal menjadi sangat rendah. Ada kapal yang setahun hanya 5 hari layar, padahal biaya dok dan lain-lain cukup besar.
2. Meningkatkan profesionalisme pengelolaan
Menurut Tri, dengan dikelola mitra profesional, maka kapal riset menjadi lebih terpelihara dengan service level agreement (SLA) yang jelas sesuai standar industri.
“Tata kelola seperti ini memang tidak sesuai dengan karakter sistem PNS yang tidak memiliki mekanisme reward and punishment jangka pendek,” tukasnya.
“Perlu saya sampaikan saat ini dari 4 kapal eks BPPT, 1 kapal sama sekali tidak bisa dipakai (dari beberapa tahun lalu), dan 3 kapal lain juga tidak dalam kondisi baik padahal katanya baru dilakukan docking tahun sebelumnya,” tambahnya.
3. Menghilangkan Beban Pemeliharaan
Tri menyebut kerja sama dengan pihak swasta membuat biaya pemeliharaam dan operasional hilang dari APBN, pasalnya mulai tahun 2024 mitra swasta akan mengelola berbasis revenue sharing dari optimalisasi hari layar yang dimanfaatkan oleh pihak eksternal (di luar BRIN).
“Ini akan kami mulai setelah kapal baru sudah tiba, dan kapal eksisting dilakukan perbaikan total,” katanya.
Pola yang sama juga sudah dilakukan BRIN dalam pengelolaan seluruh kebun raya. Metode semacam ini, akan diperluas untuk satelit, armada pesawat, dan lain-lain.
Soal besar biaya operasional kapal riset, Tri mengilustrasikan untuk kapal yang sandar (tidak berlayar) BRIN harus membayar biaya sewa sandar, bahan bakar (karena sebagaian mesin harus terus hidup). Rata-rata diperlukan lebih kurang 50 juta/hari/kapal.
Dikatakan, saat ini BRIN sedang proses membeli 1 kapal baru ukuran lebih kurang 85 meter, dan mungkin 1 kapal lagi ukuran sekelas dengan Baruna Jaya.
BRIN, ujarnya, harus membeli kapal, bukan sewa karena spesifikasi kapal riset sangat berbeda dengan kapal biasa. Tetapi pemakaiannya bisa oleh siapa saja, karena para pelaku usaha sebenarnya juga sangat membutuhkan kapal riset, misalnya untuk eksplorasi dan lain-lain.