Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku penambakan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen pada 1981 dibebaskan dari masa pengawasan pengadilan setelah diawasi selama puluhan tahun oleh aparat hukum dan tenaga kesehatan mental.
John Hinckley, yang menembak dan melukai presiden AS itu dibebaskan setelah 41 tahun menjalani proses hukuman dalam kondisi bermasalah dengan kesehatan mental.
“Setelah 41 tahun, 2 bulan, dan 15 hari, akhirnya saya memperoleh kebebasan,” tulisnya di Twitter tak lama setelah tengah hari kemarin waktu setempat seperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (16/6/2022).
Pencabutan semua pembatasan diperkirakan telah dimulai sejak akhir September lalu. Hakim pengadilan distrik AS Paul L Friedman di Washington mengatakan dia akan membebaskan Hinckley pada 15 Juni jika dia terus stabil secara mental di komunitas di Virginia tempat dia tinggal sejak 2016.
Hinckley, yang dibebaskan karena mencoba membunuh presiden AS saat itu dengan alasan gangguan jiwa, menghabiskan beberapa dekade sebelumnya di rumah sakit jiwa Washington.
Hinckley memperoleh hampir 30.000 pengikut di Twitter dan YouTube dalam beberapa bulan terakhir karena hakim melonggarkan pembatasannya sebelum sepenuhnya mencabut semua pembatasannya.
Baca Juga
Akan tetapi pria berusia 67 tahun yang melukai presiden AS ke-40 dan beberapa orang lainnya di luar sebuah hotel di Washington itu secara tidak sengaja membantu membangun legenda Reagan dan mengilhami dorongan untuk kontrol senjata yang lebih ketat.
“Jika Hinckley berhasil membunuh Reagan, maka dia akan menjadi tokoh sejarah yang penting,” ujar HW Brands, sejarawan dan penulis biografi Reagan yang menulis dalam email ke Associated Press seperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (16/6).
Sepertinya, dia adalah jiwa sesat yang telah dilupakan sejarah, katanya.
Reagan menunjukkan ketenangan dan penuh humor dalam menghadapi kematian setelah ditembak. Bahkan dia mengatakan kepada dokter ruang gawat darurat bahwa dia berharap mereka semua adalah Partai Republik. Dia kemudian bercanda dengan istrinya Nancy bahwa dia menyesal dia "lupa untuk merunduk".