Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WHO: Kematian Akibat Covid-19 di Dunia Nyaris 15 Juta, Dilaporkan 5,4 Juta Orang

WHO menyebut bahwa jumlah orang meninggal akibat infeksi Virus Corona penyebab Covid-19 di dunia nyaris 15 juta. Padahal, kasus kematian yang dilaporkan hanya 5,4 juta.
Tim KBR Brimob Polda Kalimantan Selatan membantu memakamkan jenazah pasien Covid-19./Antara
Tim KBR Brimob Polda Kalimantan Selatan membantu memakamkan jenazah pasien Covid-19./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa jumlah orang meninggal akibat infeksi Virus Corona penyebab Covid-19 di dunia nyaris 15 juta. Padahal, kasus kematian yang dilaporkan hanya 5,4 juta.

Maka, menurut WHO, angka kematian akibat Covid-19 diperkirakan 3 kali lebih banyak dari yang dilaporkan selama dua tahun pandemi.

WHO percaya banyak negara yang meremehkan jumlah kematian akibat Covi-19 - hanya 5,4 juta yang dilaporkan.

Di India, ada 4,7 juta kematian akibat Covid-19, katanya. Padahal, angka kematian sesungguhnya  10 kali lipat dari angka resmi – dan angka itu hampir sepertiga kematian akibat Covid-19 secara global.

Dikutip dari BBC, Jumat (6/5/2022), Pemerintah India telah mempertanyakan perkiraan WHO tersebut, dengan mengatakan bahwa pihaknya memiliki "kekhawatiran" tentang metodologi yang digunakan WHO, tetapi penelitian lain menyimpulkan hal serupa tentang skala kematian di negara tersebut.

Grafik memerinci angka kematian tidak langsung oleh Covid-19 yang tidak dilaporkan (excess deaths) lebih banyak pada pria, 57 persen laki-laki dan 43 persen perempuan.

WHO menyebut, negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah memiliki proporsi kasus kematian yang tidak dilaporkan tertinggi sebesar 53 persen.

Sementara, negara-negara dengan penghasilan menegah ke atas 28 persen. Adapun, di negara berpenghasilan tinggi, angka kematian tak terlaporkan 15 persen.

WHO: Kematian Akibat Covid-19 di Dunia Nyaris 15 Juta, Dilaporkan 5,4 Juta Orang

Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga kepada seorang wisatawan saat vaksinasi booster di kawasan objek wisata Tanah Lot, Tabanan, Bali, Rabu (4/5/2022). Kegiatan yang digelar di kawasan objek wisata tersebut sebagai upaya mendukung percepatan penanganan COVID-19 untuk masyarakat sehat guna membangkitkan pariwisata dan pemulihan ekonomi menyusul pencapaian vaksinasi booster di Bali sudah mencapai 61,89 persen./Antara

Metode 

Dalam menghitung angka kematian, WHO menggunakan angka kematian yang disebabkan langsung oleh Virus Corona.

Selain itu, WHO juga memperhitungkan kematian yang bukan secara langsung karena Covid-19, tetapi disebabkan oleh efek sampingnya, seperti orang yang tidak dapat mengakses rumah sakit untuk perawatan yang mereka butuhkan.

Selain itu, pencatatan yang buruk di beberapa wilayah, dan pengujian (tes Covid-19)  yang jarang dilakukan pada awal krisis/pandemi.

Tetapi WHO mengatakan sebagian besar dari 9,5 juta kematian tambahan dianggap sebagai kematian langsung yang disebabkan oleh virus, bukan kematian tidak langsung.

WHO menunjukkan seberapa banyak kelebihan kematian lebih tinggi daripada kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan resmi,

Negara Mesir di urutan teratas dengan 11,6 lebih tinggi, India berada di posisi kedua dengan 9,9 kali lebih tinggi dan Pakistan di posisi ketiga dengan kelebihan jumlah kematian delapan kali lebih tinggi

Berbicara tentang skala angka, Dr Samira Asma, dari departemen data WHO, mengatakan  bahwa angka tersebut adalah tragedi.

"Ini angka yang mengejutkan dan penting bagi kita untuk menghormati nyawa yang hilang, dan kita harus meminta pertanggungjawaban pembuat kebijakan," katanya.

"Jika kita tidak menghitung yang mati, kita akan kehilangan kesempatan untuk lebih siap menghadapi waktu berikutnya."

Di samping India, negara-negara dengan total kematian berlebih tertinggi termasuk Rusia, Indonesia, AS, Brasil, Meksiko, dan Peru.

Jumlah kematian di Rusia tiga setengah kali lipat dari kematian yang tercatat di negara itu.

Laporan tersebut juga melihat tingkat kelebihan kematian relatif terhadap ukuran populasi masing-masing negara.

Tingkat kematian yang tidak dilaporkan di Inggris - seperti Amerika, Spanyol, dan Jerman - berada di atas rata-rata global selama 2020 dan 2021.

Negara-negara dengan tingkat kematian berlebih yang rendah termasuk China, masih menjalankan kebijakan "nol Covid"  seperti pengujian massal dan karantina.

Sementara, Australia memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat untuk mencegah virus keluar dari negara itu. Demikian juga dengan Jepang dan Norwegia.

Para akademisi yang membantu menyusun laporan mengakui perkiraan mereka lebih spekulatif untuk negara-negara di Afrika sub-Sahara, karena hanya ada sedikit data tentang kematian di wilayah tersebut. Tidak ada statistik yang dapat diandalkan untuk 41 dari 54 negara di Afrika.

Ahli statistik Prof Jon Wakefield, dari Universitas Washington di Seattle, yang membantu WHO mengatakan kepada BBC: "Kami sangat membutuhkan sistem pengumpulan data yang lebih baik.

"Memalukan bahwa orang bisa lahir dan mati - dan kami tidak memiliki catatan kematian mereka. Jadi kita benar-benar perlu berinvestasi dalam sistem pendaftaran negara sehingga kita bisa mendapatkan data yang akurat dan tepat waktu."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper