Bisnis.com, JAKARTA - Dukungan politik Gerakan Pemuda (GP) Ansor kepada Menteri BUMN Erick Thohir tidak hanya sekadar pukulan telak bagi Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, tetapi juga merupakan “perang terbuka” atas parpol yang lahir dari rahim Nahdatul Ulama (NU) itu.
Menurut pengamat politik Adi Prayitno, dalam kondisi demikain PKB tidak lagi bisa mengandalkan GP Ansor untuk membantu pada Pemilihan Umum 2024.
"Tentu ini pukulan telak kepada Muhaimin dan PKB karena Ansor justru dukung orang yang baru gabung dengan Ansor,” ujarnya, Rabu (27/4/2022).
Secara tradisional NU solid mendukung PKB, namun kini kondisi itu kini telah berubah.
“Ya, artinya di NU pun sudah mulai enggak solid PKB-nya," kata Adi.
Lebih lanjut, dia menilai deklarasi dukungan ini juga merupakan “perang terbuka” antara Ketum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas dan Muhaimin.
Baca Juga
Dia memprediksi dukungan ini bakal membuat situasi antara NU dan PKB makin panas.
Menurutnya, konfrontasi terbuka antara Gus Yaqut dan Muhaimin, atau satu organisasi kemudian beda pilihan politik, pasti akan panas di dalam karena apa pun Muhaimin dan Gus Yaqut berasal dari rumpun politik yang sama," kata Adi.
Alasannya, karena Muhaimin sudah tidak bisa lagi mengendalikan Ansor dan mengendalikan NU sebagai bagian dari PKB.
“Ke depan, Ansor adalah organisasi yang kemudian tak bisa didikte oleh siapa pun," lanjut Adi.
Dia mengingatkan, meski meraih dukungan dari GP Ansor, Erick Thohir masih sulit bersaing sebagai capres di 2024. Sebab, elektabilitasnya masih jauh di bawah mereka yang berada di tiga besar berbagai survei.
Ketiga besar itu adalah: Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, atau Prabowo Subianto.
Menurut Adi, pilihan realistis bagi Erick adalah sebagai cawapres. Akan tetapi Erick harus bersaing dengan Sandiaga Uno dan sejumlah sosok lainnya, karena itu dia mengingatkan Erick agar terus bekerja keras untuk menggenjot elektabilitas.
“Dukungan Ansor itu penting, iya. Tapi bukan segala-galanya dan tidak ada jaminan bisa meningkatkan elektabilitas secara signifikan. Masih butuh kerja-kerja yang lebih serius, lebih agresif di berbagai kalangan,” pungkasnya.