Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WHO Awasi Covid-19 Varian Baru XD, Lebih Menular?

WHO memasukkan varian baru Covid-19 yang merupakan rekombinan dari varian Delta dan Omicron yaitu varian XD sebagai variants under monitoring (VUM).
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. /Bloomberg
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memasukkan varian baru Covid-19 yang merupakan rekombinan dari varian Delta dan Omicron yaitu XD sebagai variants under monitoring (VUM).

Dengan ditetapkannya varian XD sebagai VUM, maka pelacakan masih dilakukan untuk penilaian lebih lanjut.

"Rekombinan XD sedang dilacak sebagai VUM oleh WHO, meskipun penyebarannya tampaknya masih terbatas saat ini (26 sekuens dalam GISAID). Saat ini, bukti yang tersedia tidak menunjukkan bahwa itu lebih menular daripada varian eliminasi lainnya," tulis WHO dalam Weekly Epidemiological Update Covid-19, dikutip Kamis (7/4/2022).

Dikutip melalui gulfnews, XD yang sebelumnya dikenal sebagai varian Deltacron, sebagian besar dilaporkan dari Prancis, Denmark, Jerman, Belanda, dan Belgia. Ini pertama kali terdeteksi pada Desember 2021 dan pada 22 Maret 2022 di mana sebanyak 49 sampel telah ditemukan di negara-negara tersebut.

Ahli virus dari Imperial College London Tom Peacock mengatakan, penyebaran XD ke beberapa negara, dan masuknya Delta yang lebih parah membuatnya menjadi beban yang harus diwaspadai.

“Kekhawatirannya adalah jika ada perubahan non-struktural di Delta yang berkontribusi pada keparahan dan/atau replikasi sel,” ujarnya, dikutip melalui gulfnews, Kamis (7/4/2022).

Sementara itu, Mantan Direktur World Health Organization atau WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama menyebutkan penemuan tiga X dalam Covid-19 varian Omicron.

"Beberapa waktu belakangan ini banyak diberitakan tentang berbagai rekombinasi sub-varian Omicron serta gabungannya dengan varian Delta. Secara umum tiga rekombinasi sub-varian Omicron ini disebut tiga X," kata Yoga lewat rilisnya, Rabu, 6 April 2022.

Lebih lanjut, dia menjabarkan Sub-varian Omicron XD dan XF merupakan rekombinasi dari varian Delta dan varian Omicron BA.1. Sampai akhir Maret 2022, tercatat sekitar 49 kasus XD yang sebagian besar terjadi di Prancis. Untuk XF tercatat sedikitnya 38 kasus di Inggris.

Aditama mengatakan, yang kini lebih banyak dibicarakan adalah rekombinasi sub-varian Omicron XE. Ini adalah gabungan dari varian Omicron BA.1 dan BA.2.

Di Inggris sub-varian XE pertama kali terdeteksi pada pertengahan Januari 2022. Hingga 22 Maret 2022, tercatat ada 763 sampel kasus XE di di Inggris. Kemudian ditemukan pula di China dan Thailand.

Dia mengatakan, hingga saat iini belum ada bukti ilmiah yang pasti tentang dampak ketiga X tersebut.

"Hanya XE yang diperkirakan 10 persen lebih mudah menular," ujarnya.

Dia melanjutkan, para pakar masih terus meneliti tentang ada tidaknya dampak tiga X tadi pada berat ringannya penyakit atau kemungkinan dampak pada alat diagnosis, obat, dan vaksin.

Aditama pun mengatakan mutasi virus secara umum juga dapat melakukan rekombinasi dengan virus lain, misalnya virus influenza dan rotavirus

"Namun, kalau nanti ini terjadi, maka belum tentu berdampak signifikan bagi kesehatan manusia. Bisa jadi hanya fenomena di virus," katanya

Berdasarkan data WHO, tercatat perkembangan Covid-19 terus mengarah ke arah yang lebih baik, sebab terjadi penurunan dua minggu berturut-turut pada kasus konfirmasi Covid-19 sejak awal Maret 2022.

Tercatat kasus konfirmasi Covid-19 sepekan terakhir Maret yaitu 28 Februari-3 April menurun hingga 16 persen yang selaras dengan turunnya jumlah kematian hingga 43 persen.

"Di enam wilayah WHO, lebih dari 9 juta kasus baru dan lebih dari 26.000 kematian baru dilaporkan, dan semua wilayah menunjukkan tren penurunan baik dalam jumlah kasus mingguan baru dan kematian mingguan baru. Pada 3 April 2022, lebih dari 489 juta kasus dan lebih dari 6 juta kematian telah dilaporkan secara global," tulis WHO

Dikutip Worldometers, sejak merebaknya Covid-19 hingga hari ini terdapat 493 juta kasus tercatat dengan 6,1 juta kematian. Kendati demikian, sebanyak 429 juta orang berhasil sembuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akbar Evandio
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper