Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Epidemiolog Ingatkan Fase Kritis Pandemi Belum Berakhir

Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan status kritis pandemi Covid-19 belum usai.
Masyarakat berjalan di sebuah jalan di Paris tanpa masker saat masker tidak diwajibkan lagi dipakai saat keluar rumah, di tengah pandemi penyakit Covid-19 di Prancis, Kamis (17/6/2021)./Antara
Masyarakat berjalan di sebuah jalan di Paris tanpa masker saat masker tidak diwajibkan lagi dipakai saat keluar rumah, di tengah pandemi penyakit Covid-19 di Prancis, Kamis (17/6/2021)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan status kritis pandemi Covid-19 belum usai.

Alasan salah satunya karena mayoritas masyarakat di berbagai negara belum mendapat vaksin dua dosis.

“Ketika pandemi melewati status kritis adalah the majority of population in the world sudah mendapat 2 dosis vaksin dua dosis dan itu belum. Masih banyak negara Asean harus berupaya keras untuk mencapai total 70 persen minimal,” ujar Dicky kepada Bisnis, Kamis (7/4/2022).

Apalagi, kata dia, dengan adanya sub varian atau rekombinan varian Omicron ini menunjukan bahwa ancaman Covid-19 belum usai.

“Jika kita abai pelonggaran terlalu cepat, masif, mendadak membuka peluang virus ini menyebar, termasuk kedatangan varian-varian baru,” tutur Dicky.

Saat ini, banyak negara sudah melakukan transisi menuju endemi. Namun, Dicky mengatakan di banyak negara kasus-kasus kesakitan, mortalitas tetap terjadi dan itu masih tetap besar dibanding dengan status terkendali.

 “Ini artinya, pandemi belum melalui fase kritis, belum melalui threshold-nya,” imbuhnya.

Dicky menjelaskan, bahwa status pandemi ke endemi tergantung evaluasi WHO dan itu tidak hanya satu dua negara saja, tapi sepertiga wilayah negara dunia yang menjadi indikator.

“Upaya terus menjaga protokol kesehatan yang namanya memakai masker, jaga jarak itu masih harus kita lakukan. Termasuk masuk ke fase transisi ini bukan berarti pemerintah juga lepas kendali atau responsibility-nya menurun. Meskipun ke depannya kendalinya ada di inidividu dan komunitas tetapi pemerintah tetap harus memperkuat kapasitas testingnya,” jelas Dicky.

“Namun sayangnya negara di Asean menurun kapasitas testingnya dan di global pun demikian. Ini berbahaya.”

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menilai, penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia kian membaik.

Bahkan, dia mengklaim kondisinya relatif jauh lebih baik dibandingkan negara lain.

"Indonesia menjadi salah satu negara yang secara relatif jauh lebih baik dibandingkan negara lain, termasuk negara-negara tetangga kita," kata Budi dalam keterangan pers dikutip melalui Youtube Sekretariat Presiden, Senin (4/4/2022).

Pemerintah menyadari bahwa lonjakan kasus masih bisa terjadi karena adanya kemunculan varian baru Covid-19, khususnya yang terjadi di China dan Eropa.

Lonjakan kasus tersebut disebabkan varian baru Omicron BA.2.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper