Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Goreng Mahal Jelang Ramadan, Rizal Ramli: Zaman Saya, Dalam 3 Pekan Harga Turun

Rizal Ramli menilai melonjaknya harga minyak goreng di Tanah Air dalam beberapa waktu belakangan hingga menjelang Ramadan sebagai persoalan yang sebenarnya tidak sulit diselesaikan.
Ekonom Senior Rizal Ramli saat blusukan ke Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur pada Jumat 1 April 2022 untuk memantau langsung perkembangan harga bahan pokok menjelang Ramadan dan Iduliftri 2022 / Bisnis-Rahmad Fauzan
Ekonom Senior Rizal Ramli saat blusukan ke Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur pada Jumat 1 April 2022 untuk memantau langsung perkembangan harga bahan pokok menjelang Ramadan dan Iduliftri 2022 / Bisnis-Rahmad Fauzan

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom senior Rizal Ramli menilai melonjaknya harga minyak goreng di Tanah Air dalam beberapa waktu belakangan hingga menjelang Ramadan sebagai persoalan yang sebenarnya tidak sulit untuk diselesaikan.

Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri era Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid itu mengatakan pada tahun 2000, harga crude palm oil (CPO) tinggi menyebabkan lonjakan harga minyak goreng, masa penanganan masalah hanya memerlukan waktu 3 pekan.

Rizal mengatakan dia mengambil 3 langkah besar dalam mengatasi masalah lonjakan harga minyak goreng menjelang lebaran Idulfitri.

Pertama, membatasi ekspor CPO ke luar negeri. Pada saat itu, jelas Rizal, harga CPO sedang mengalami lonjakan lebih dari 100 persen.

Namun, kondisi itu dimanfaatkan secara berlebihan oleh pengusaha sawit dengan menjual jatah dalam ke negeri untuk keperluan pasar ekspor. Akibatnya, harga di dalam negeri jadi terkerek naik di atas 100 persen karena berkurangnya pasokan.

"Saya sampaikan pesan ke pengusaha sawit dan BUMN saat itu. Jangan rakus berlebihan. Semua kan sudah dijual ke pasar ekspor. Jangan dong jatah dalam negeri di ekspor keluar," kata Rizal saat blusukan ke Pasar Kramat Jati di Jakarta Timur, Jumat (1/4/2022).

Dia menilai permasalahan harga minyak goreng sederhana mengingat ketersediaan barang yang berlimpah sehingga ada situasi abundance (kelimpahan) yang semestinya bermanfaat bagi masyarakat Tanah Air.

Kedua, pengusaha sawit diingatkan bahwa lahan yang digunakan untuk menanam sawit merupakan tanah milik negara yang notabene adalah milik rakyat.

Ditambah lagi, saat itu perusahaan sawit difasilitasi kredit bunga murah berupa kredit likuiditas dari Bank Indonesia dengan besaran bunga setahun 2 persen.

"Kredit UKM saja 12 persen setahun," sambungnya.

Ketiga, Rizal yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri memberikan ultimatum kepada pengusaha agar menurunkan harga dalam waktu kurang dari 1 bulan.

"Kalau tidak saya akan periksa pajaknya dan pasti banyak yang tidak beres. Kami tangkap yang tidak beres. Apa yang terjadi? Dalam waktu 3 minggu turun harga minyak goreng," tuturnya.

Hari ini, sambungnya, pemain-pemain di sektor usaha tersebut cenderung masih sama. Kondisinya pun juga relatif sama. Namun, Rizal menilai pemerintah saat ini tidak memiliki wibawa di kalangan pengusaha.

"Jadi, dia ngomong apa saja swasta tidak mendengarkan," tegasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper