Bisnis.com, JAKARTA - Bencana alam dan peluncuran rudal terbaru Korea Utara mengaburkan pemilihan presiden Korea Selatan, dengan para kandidat bersaing yang ketat.
Korea Utara dan Korea Selatan membuktikan kemampuan mereka dalam menangani keadaan darurat hanya empat hari sebelum hari pemilihan.
Mengutip dari Bloomberg, Sabtu (5/3/2022), Korea Utara terus mengingatkan tetangganya akan ancaman keamanan yang terus-menerus dengan menembakkan rudal balistik yang dicurigai pada hari Sabtu.
Kandidat progresif Lee Jae-myung, telah berjanji untuk mencari pemulihan hubungan dengan Pyongyang, menanggapi dengan cepat dan mengutuk Pyongyang dalam sebuah posting dari media sosialnya, dengan mengatakan "tidak ada yang bisa dicapai" dengan membuat provokasi militer.
Kandidat konservatif utama, Yoon Suk-yeol, belum mengeluarkan komentar apa pun dalam beberapa jam pertama peluncuran. Uji coba roket dapat menambah seruannya untuk mengambil tindakan yang lebih keras terhadap Korea Utara untuk menghukumnya karena gemeretak pedangnya, setelah Presiden Moon Jae-in saat ini berusaha untuk menghangatkan hubungan antara tetangga.
Sementara itu, Korea Selatan sedang berjuang melawan kebakaran hutan yang terjadi di daerah pesisir timur Uljin, mengancam pembangkit listrik tenaga nuklir untuk sementara dan menyebabkan ribuan penduduk meninggalkan rumah mereka.
Baca Juga
Hingga Jumat malam, sekitar 1.000 petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kobaran api dan berusaha mencegahnya mencapai fasilitas gas alam cair di dekat kota Samcheok.
Yoon dengan cepat mengunjungi lokasi kebakaran dan bertemu para korban pada Jumat malam. Lee tiba beberapa jam kemudian dan berjanji untuk menawarkan dukungan substansial.
Pemungutan suara awal berlanjut untuk hari kedua di tengah rekor infeksi harian Covid-19. Pada pukul 11.00 Sabtu, (05/02/2022) lebih dari 23 persen pemilih telah memberikan suara mereka, yang 10 poin persentase lebih tinggi dari pada waktu yang sama dalam pemungutan suara awal untuk pemilihan presiden terakhir lima tahun lalu.