Bisnis.com, JAKARTA – Melonjaknya kasus Covid-19 menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit melonjak. Namun, Kementerian Kesehatan menyatakan tidak semua pasien terinfeksi Covid-19 varian Omicron harus dirawat atau diisolasi di rumah sakit.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan varian Omicron memiliki tingkat sembuh yang lebih tinggi meskipun lebih cepat menular.
“Pasien yang masuk rumah sakit, 85 persen sudah sembuh, sedangkan yang kasusnya berat, kritis hingga membutuhkan oksigen sekitar 8 persen,” kata Nadia di kantor Kemenkes, Jumat (4/2/2022).
Adapun, untuk pasien tanpa gejala atau yang bergejala ringan, maka bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Bagi pasien yang menjalani Isoman, kata Nadia, selama saturasi di atas 95 persen ke atas tidak perlu khawatir.
"Kalau ada gejala seperti batuk, flu, demam, maka disarankan segera konsultasi melalui telemedisin atau puskesmas setempat," ujarnya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/4641/2021 tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina dan Isolasi dalam Rangka Percepatan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 terdapat 5 derajat gejala Covid-19, antara lain:
1.Tanpa gejala/asimtomatis yaitu tidak ditemukan gejala klinis.
2. Gejala ringan yang termasuk yaitu tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia, frekuensi napas 12-20 kali per menit dan saturasi oksigen di atas 95 persen.
3. Gejala Sedang dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat tanpa tanda pneumonia berat, dengan saturasi oksigen 93 persen.
4. Gejala Berat dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat, dan ditambah satu dari: frekuensi napas lebih dari 30x/menit, distres pernapasan berat, atau saturasi oksigen di bawah 93persen .
5. Kritis yaitu Pasien dengan gejala gagal nafas, komplikasi infeksi, atau kegagalan multiorgan Dalam penanganan varian Omicron, rumah sakit diprioritaskan untuk pasien dengan gejala sedang, berat, kritis, dan membutuhkan oksigen.
Sementara itu, gejala umum yang sering muncul seperti demam, batuk, kelelahan, kehilangan nafsu makan, napas pendek, mialgia dan nyeri tulang.
Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia).
"Melihat kasus Omicron yang kian bertambah, masyarakat tetap waspada jangan sampai lengah. Tetap disiplin protokol kesehatan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, hindari kerumunan, dan kurangi mobilitas," ujar Nadia.