Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Omicron Mengganas, Kasus Kematian Akibat Covid-19 di AS Melonjak

Jumlah warga Amerika Serikat yang meninggal akibat Covid-19 kini sudah setara dengan yang terjadi selama puncak varian Delta.
Petugas medis merawat pasien yang terinfeksi Virus Corona di Unit Perawatan Intensif (ICU) Rumah Sakit Scripps Mercy, di Chula Vista, California, Amerika Serikat, Selasa (12/5/2020)./Antara-Reuters
Petugas medis merawat pasien yang terinfeksi Virus Corona di Unit Perawatan Intensif (ICU) Rumah Sakit Scripps Mercy, di Chula Vista, California, Amerika Serikat, Selasa (12/5/2020)./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah warga Amerika Serikat yang meninggal akibat Covid-19 kini sudah setara dengan yang terjadi selama puncak varian Delta dan diyakini para ahli akan terus meningkat akibat merebaknya varian Omicron.

Statistik menunjukkan bahwa rata-rata lebih dari 2.000 orang meninggal akibat Covid-19 di AS setiap hari, atau setara dengan kematian yang terlihat pada akhir September 2021.

Sebagian besar dari mereka yang meninggal berusia lebih dari 65 tahun atau tidak divaksinasi dan hingga saat ini lebih dari 866.000 orang meninggal karena Covid-19 di AS.

Menurut statistik dari Universitas Johns Hopkins, rata-rata harian kematian Covid-19 yang dikonfirmasi melampaui 2.000 pada 21 Januari dan mencapai 2.033 pada 23 Januari. Angka itu tidak jauh dari puncak lonjakan kasus varian Delta pada bulan September.

Akan tetapi, ada lebih banyak orang di rumah sakit sekarang karena virus daripada saat itu, karena beban kasus yang jauh lebih tinggi. Artinya, jumlah harian rata-rata kasus baru yang dikonfirmasi di AS jauh melampaui gelombang sebelumnya.

Lantas, mengapa angka kematian akibat Covid-19 di Amerika lebih tinggi?

Abraar Karan, seorang dokter penyakit menular di Universitas Stanford, mengatakan kepada BBC bahwa angka kematian yang tinggi sebagian besar merupakan faktor dari tingkat rawat inap yang tinggi. Sekalipun jika gejala varian Omicron umumnya kurang parah daripada gejala Delta.

"Ketika Anda memiliki virus yang lebih menular, itu akan meningkatkan jumlah kasus parah dan kematian. Bahkan jika Anda memiliki persentase kasus parah yang rendah, jumlah absolutnya masih cukup tinggi. Persentase kecil dari jumlah yang sangat besar masih disebut jumlah yang besar," menurut Karan.

Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 75 persen dari mereka yang meninggal berusia di atas 65 tahun.

Selain itu, statistik menunjukkan bahwa mereka yang tidak divaksinasi kira-kira 100 kali lebih mungkin meninggal karena Covid-19 daripada mereka yang telah divaksinasi dan dikuatkan pakai booster.

"Benang merah di seluruh gelombang Omicron adalah bahwa varian itu sebagian besar berdampak pada mereka yang tidak divaksinasi, keparahan penyakit, tingkat rawat inap dan risiko kematian akibat infeksi," kata Mark Cameron, seorang profesor di jurusan Kependudukan dan Ilmu Kesehatan di Case Western University.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper