Bisnis.com, JAKARTA-Presiden Joko Widodo atau Jokowi selaku Presiden G20 mengutarakan gagasan peningkatan ketahanan sistem kesehatan dunia melalui pembentukan badan baru di tingkat global. Gagasan tersebut disampaikan Jokowi saat pertemuan World Economic Forum yang dilakukan secara daring.
Pandemi Covid-19 selama hampir dua tahun telah menunjukkan berbagai kerapuhan sistem kesehatan global. Penguasaan teknologi, jumlah dan kualitas tenaga kesehatan, infrastruktur kesehatan hingga akses terhadap vaksin yang kuat merupakan kunci kesuksesan global dalam mengendalikan pandemi.
Sebaliknya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum bisa mengatasi problem kompleks yang berbeda di tiap negara. Kerja sama global dalam menghadapi pandemi dinilai sangat lemah, sehingga menyodorkan kenyataan adanya kesenjangan yang mencolok antar negara di dunia.
Karena itu, Jokowi mengusung peningkatan ketahanan sistem kesehatan itu dengan organisasi baru, yang disokong pendanaan bersama. “Kepemimpinan Indonesia akan berjuang memperkuat arsitektur ketahanan kesehatan dunia, yang akan dijalankan lembaga global. Tugasnya membiayai keadaan darurat kesehatan, membeli vaksin, obat-obatan, dan peralatan medis,” ungkapnya.
Merespon hal tersebut, Komisaris Utama RS Siloam International Hospitals (SILO) John Riady mendukung gagasan Presiden Jokowi. Menurutnya, peningkatan ketahanan sistem kesehatan tidak bisa digapai tanpa kerja sama global yang baik.
“Mulai dari vaksin, obat-obatan, hingga ketersediaan dokter seharusnya bisa diupayakan secara bersama melalui kelembagaan dunia. Hal ini guna meningkatkan kekurangan sumber daya dari negara-negara berkembang, sehingga ke depan bisa lebih siap dalam menghadapi wabah dengan cepat dan biaya lebih murah. Kalau saat ini, setiap negara menanggung beban yang mahal dalam durasi yang tak menentu, serta korban cukup banyak,” ungkap John.
Indonesia, katanya, juga mempunyai tantangan sektor kesehatan seperti ketersediaan tenaga kesehatan mulai dari perawat hingga jumlah dokter. Saat ini saja, jumlah dokter hanya sekitar 81.011 orang, dengan rasio 0,3 per 1.000 penduduk, dan rasio ranjang 1,33 per 1.000 orang.
Beruntungnya, kata John, pemerintah berhasil menerapkan strategi dan kebijakan yang efektif selama menghadapi pandemi. Sehingga, pemulihan ekonomi yang dibarengi dengan penguatan imunitas masyarakat melalui vaksinasi massal bisa mengerem dampak paling parah akibat wabah Covid-19.
“Tanpa strategi vaksinasi massal, kebijakan PPKM, serta stimulasi ekonomi, Indonesia akan berada pada jurang krisis kesehatan sekaligus ekonomi. Beruntung pemerintah sangat cermat. Namun sebaliknya, banyak negara di dunia yang sangat memprihatinkan selama dihantam pandemi,” tegas John.
Persoalannya, hingga kini pandemi Covid-19 masih belum reda, terlebih lagi munculnya galur Omicron yang telah berkontribusi terhadap lonjakan kasus yang diperkirakan akan memuncak pada Februari ini. Seluruh pemangku sektor kesehatan pun kini bersiaga menghadapi situasi terburuk akibat galur Omicron, termasuk jaringan RS Siloam yang tersebar di 27 provinsi.
“Tentunya kami telah melakukan langkah antisipatif untuk penguatan layanan pada masa kritis ini serta komunikasi aktif dengan Kemenkes. Kami juga telah mempersiapkan diri sebagaimana masa kritis pada tahun lalu,” ungkap John.