Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gempa Guncang Afghanistan, 26 Meninggal Dunia

Gempa bumi di Afghanistan Barat mengakibatkan 26 orang meninggal dunia.
Area Kota Kandahar dan sekitarnya di Afghanistan./wikipedia
Area Kota Kandahar dan sekitarnya di Afghanistan./wikipedia

Bisnis.com, JAKARTA --Sedikitnya 26 orang tewas setelah gempa bumi melanda Afghanistan Barat, kata seorang pejabat.

Para korban meninggal akibat atap rumah mereka runtuh di distrik Qadis di provinsi barat Badghis kemarin, ujar juru bicara provinsi Baz, Mohammad Sarwary seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (18/1/2022).

"Lima wanita dan empat anak-anak termasuk di antara 26 orang yang tewas dalam gempa itu," kata Sarwary, seraya menambahkan bahwa empat orang lagi terluka.

Dia mengatakan tim penyelamat pertama telah tiba di beberapa daerah yang terkena dampak di bawah hujan lebat. Menurutnya, jumlah korban dapat meningkat karena Badghis, yang berbatasan dengan Turkmenistan, adalah provinsi pegunungan dan salah satu daerah paling miskin dan terisolir di Afghanistan.

Gempa susulan dengan kekuatan 4,9 pada skala Richter melanda daerah itu dua jam setelah gempa pertama.

Mullah Janan Saeqe, kepala Pusat Operasi Kementerian Negara Urusan Darurat, membenarkan jumlah korban tewas dan mengatakan lebih dari 700 rumah rusak.

Gempa tersebut juga menimbulkan kerusakan pada rumah penduduk di distrik Muqr di provinsi tersebut. Akan tetapi rinciannya, termasuk korban jiwa, masih belum tersedia, katanya.

Sarwary mengatakan gempa terasa di seluruh provinsi. Beberapa rumah di Qala-e-Naw, ibu kota provinsi, mengalami retakan tetapi tidak ada luka parah atau kerusakan yang meluas, tambahnya.

Menurut Pusat Seismologi Eropa-Mediterania, gempa berada pada kedalaman 30 km (18,64 mil).

Afghanistan berada dalam cengkeraman bencana kemanusiaan yang diperparah dengan pengambilalihan negara oleh Taliban pada Agustus. Sedangkan negara-negara Barat membekukan bantuan internasional dan akses ke aset yang disimpan di luar negeri.

Qadis adalah salah satu daerah yang paling parah terkena dampak kekeringan yang menghancurkan, namun mendapat sedikit manfaat dari bantuan internasional dalam 20 tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper