Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Varian Omicron Makan Korban, Epidemiolog: Percepat Booster untuk Kelompok Rentan

Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman merespons kasus kematian pertama akibat varian Omicron. Hal itu merupakan peringatan agar pemerintah mempercepat booster kelompok rentan.
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron/DW.com
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron/DW.com

Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman merespons kasus kematian pertama akibat varian Omicron yang dialami warga Inggris. Hal itu merupakan peringatan bahwa Omicron tidak bisa disepelekan dan agar pemerintah mempercepat booster kelompok rentan.

“Potensi ledakan kasus Covid-19 masih tetap ada, makanya penduduk usia lanjut dan yang mempunyai komorbiditas harus mendapat booster,” ujar Dicky saat dihubungi Bisnis, Selasa (14/12/2021).

Dikatakan, meski mayoritas kasus ringan karena pasien berusia muda maupun telah mendapatkan vaksinasi, potensi kerawanan parah dapat terjadi pada lansia dan pasien dengan penyakit penyerta yang belum divaksinasi lengkap atau mendapatkan vaksin booster.

"Kita akan bisa melihat ke depan proyeksinya akan lebih banyak kematian karena dengan kecepatan (varian virus) yang menular ini dan ditambah populasi usia tua di negara maju seperti Inggris yang tinggi," imbuh Dicky.

"Saat ini kita belum mengetahui status, usia (pasien di Inggris) secara detail, tapi setidaknya secara umum sudah menujukkan bahwa kita akan mulai melihat kasus kematian," sambung Dicky.

Lebih lanjut, munculnya kasus kematian akibat varian Omicron ini mengingatkan untuk tidak terlena dengan kalimat-kalimat seperti "gejala lebih ringan" ataupun "gejala yang sedang".

"Kasus perawatan akan lebih banyak, dan ini hal yang lazim karena sudah mendekati satu bulan dari sejak di UK (varian Omicron diidentifikasi), mungkin kurang lebih tiga mingguan, karena kematian adalah indikator akhir," ujarnya.

Dicky berpandangan yang seharusnya menjadi perhatian adalah varian virus baru yang mudah menyebar. Di sisi lain, harus melihat seberapa banyak populasi rawan di satu wilayah negara. Semakin banyak, maka dampaknya juga akan semakin besar.

Meskipun tidak menyebabkan keparahan dan kematian yang lebih tinggi tapi kalau lebih cepat menular, akan menimbulkan banyak kematian dan banyak pasien yang dirawat di rumah sakit, tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper