Bisnis.com, JAKARTA - Di pemberitaan dan media sosial kini tengah ramai informasi potensi terjadinya tsunami di Cilegon.
Bahkan, disebutkan jika tsunami itu diprediksi setinggi 8 meter dan terjadi pada akhir tahun saat natal dan tahun baru.
Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala BMKG Dwi Korita yang melontarkan risiko tersebut.
Namun, disebutkan jika risiko tersebut merupakan peta bahaya, bukanlah kepastian terjadinya bencana tsunami tersebut.
Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan hal tersebut bukan bermaksud memprediksi kejadian pada natal dan tahun baru.
"BMKG bukan bermaksud memprediksi. Tetapi bencana dapat terjadi kapan saja, dimana saja karena potensi itu memang ada," ujarnya dikutip dari akun twitternya.
Baca Juga
Dia juga menjelaskan zona rawan gempa dan tsunami di Indonesia juga banyak, bukan hanya Cilegon saja. Menurutnya, sejarah mencatat Indonesia memiliki catatan tsunami lebih dr 246 kali.
"Karena itu, BMKG mengingatkan kita untuk selalu waspada," tambahnya.
Daryono memaparkan, berbeda dengan kondisi cuaca yang dapat diprediksi, kejadian gempabumi dan tsunami belum dapat diprediksi, tetapi dapat dimodelkan potensi bahayanya dengan mengunakan skenario terburuk untuk acuan mitigasi konkret.
Dia menambahkan, berdasarkan catatan katalog tsunami BMKG menunjukkan bahwa di wilayah Indonesia sejak tahun 1608 sudah terjadi tsunami lebih dari 246 kali, sehingga kita semua patut waspada.