Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bio Farma Gandeng AS Kembangkan Vaksin Covid-19 Baru

Bio Farma akan mengembangkan vaksin Covid-19 berbasis protein rekombinan bersama dengan perusahaan asal AS, Dynavax Technologies.
Para peneliti wanita di balik riset vaksin produksi dalam negeri./Bio Farma
Para peneliti wanita di balik riset vaksin produksi dalam negeri./Bio Farma

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah kembali menjajaki kerja sama luar negeri dengan perusahaan asal Amerika Serikat untuk pengembangan vaksin Covid-19 berbasis protein rekombinan milik PT Bio Farma (Persero).

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menuturkan pemerintah telah menandatangani kerja sama dengan Dynavax Technologies. Penandataganan kerja sama itu dilakukan Retno bersama rombongan di sela-sela kunjungan kerjanya ke Los Angles pada Kamis (16/9/2021).

“Dynavax adalah produsen salah satu acupan terbaik di dunia yang berfungsi untuk menguatkan benih vaksin protein rekombinan,” kata Retno melalui keterangan daring, Sabtu (18/9/2021).

Kerja sama itu direncanakan memperkuat pengembangan vaksin Bio Farma bersama dengan mitra terdahulu Baylor College Medicine yang berbasis platform protein rekombinan.

“Kerja sama yang dilakukan Bio Farma dan Dynavax dalam rangka membangun kemandirian vaksin dan memperkuat studi pengembangan vaksin,” kata dia.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir memastikan pasokan bahan baku dan produksi vaksin Covid-19 terus berjalan hingga akhir tahun ini dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI hari ini, Rabu (7/7/2021).

Honesti menyebut saat ini ada 105,5 juta dosis bulk bahan baku vaksin yang telah tiba. Selanjutnya, hingga November secara keseluruhan ada 286 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac.

Dengan bahan baku yang tersedia tersebut, pada Juli perseroan akan dapat memproduksi 16,6 juta dosis vaksin dan 19,8 juta dosis pada Agustus, lalu September 23,3 juta dosis, Oktober 24,9 juta dosis, November 22,64 juta dosis, dan Desember 21 juta dosis.

"Total vaksin Covid-19 yang kami produksi sampai akhir tahun ini akan berjumlah 186,3 juta dosis termasuk produksi 57,9 juta dosis sepanjang Januari-Juni lalu," katanya, Rabu (7/7/2021).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper