Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Prancis marah dan pejabat Uni Eropa bingung dengan pengumuman mengejutkan bahwa Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menyetujui pakta pertahanan yang akan digunakan untuk melawan China di kawasan Indo-Pasifik.
Kesepakatan AUKUS yang diresmikan pada hari Rabu itu akan membuat AS dan Inggris mengirim tim strategis dan teknis ke Australia untuk membantu negara itu membangun kapal selam bertenaga nuklir. Kesepakatan itu juga berarti bahwa pemerintah Australia membatalkan kontrak multi-miliar untuk kapal selam non-nuklir dengan pabrikan Prancis.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menggambarkan keputusan itu sebagai "tikaman nyata dari belakang" dari Australia sebagaimana dikutip CNN.com, Jumat (17/9/2021).
Dia juga menyerang Presiden AS Joe Biden dengan mengatakan bahwa pengumuman tiba-tiba dari kesepakatan itu tanpa berkonsultasi dengan sekutu lainnya adalah "keputusan brutal dan sepihak" yang "sangat mirip dengan apa yang dilakukan presiden Donald Trump."
Sementara itu, pejabat Uni Eropa di Brussels mengatakan kepada CNN bahwa pengumuman soal kesepakatan AUKUS masih samar. Pasalnya, perwakilan tinggi UE untuk urusan luar negeri baru akan menyampaikan strateginya sendiri untuk Indo-Pasifik pada Kamis sore.
Brussels merasa terluka, kata seorang pejabat senior Uni Eropa yang tidak mau disebutkan namanya
“Ini adalah "negara-negara berbahasa Inggris" yang "senang berperang" membentuk aliansi "melawan China," kata pejabat itu.
Pejabat tersebut juga mencatat bahwa ketiga negara juga memimpin invasi Afghanistan dan Irak dan semua orang tahu hasilnya bagaimana.
Strategi UE untuk menangani China berbeda dari AS dalam satu hal utama: UE secara aktif mencari kerja sama dengan China, dan melihatnya sebagai mitra ekonomi dan strategis.
Pejabat Brussels percaya bahwa dengan berdagang dan bekerja dengan China, mereka tidak hanya dapat bekerja sama dengan Beijing untuk mereformasi hak asasi manusia dan kebijakan energi mereka, tetapi juga menggunakan hubungan baik dengan China untuk bertindak sebagai penyangga antara Beijing dan Washington. Dengan demikian memberikan Uni Eropa sebuah posisi geopolitik yang jelas dan penting.