Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Airlangga Hartarto, Trah Mangkunegaran & Pilpres 2024

Dalam konsep masyarakat Nusantara, terutama masyarakat dengan tradisi kerajaan (feodal) yang kuat seperti Jawa.
Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto memberikan pidato politiknya saat Kampanye Akbar Partai Golkar di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (9/4/2019)./ANTARA-Muhammad Adimajaama
Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto memberikan pidato politiknya saat Kampanye Akbar Partai Golkar di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (9/4/2019)./ANTARA-Muhammad Adimajaama

Bisnis.com, JAKARTA -- Airlangga Hartarto adalah salah satu tokoh politik berpengaruh saat ini. Di pemerintahan dia menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Jabatan sangat strategis. 

Sementara di kancah politik, sosok Airlangga merupakan Ketua Umum Partai Golkar. Salah satu partai politik besar di Indonesia yang suaranya selalu berpengaruh dalam setiap kebijakan penting negara mulai zaman Orde Baru hingga rezim Jokowi.

Airlangga sendiri digadang-gadang akan maju pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Semua kader partai beringin kompak pengin Airlangga jadi presiden. Maklum sejak Orde Baru tumbang, tak satupun kader Golkar berhasil menjadi orang nomor 1 di republik. Pol mentok dapat jatah Wakil Presiden.

Meski demikian, perjalanan Airlangga ke kursi pencapresan diprediksi tak mudah. Pasalnya jika dilihat dari survei elektabilitas, sosok Airlangga kurang laku di pasar elektoral.

Namanya tertinggal jauh dibandingkan tokoh-tokoh lainnya. Tak usah dibandingkan dengan Prabowo Subianto yang selalu berada di posisi puncak, dengan Ganjar Pranowo saja elektabilitasnya bagaikan bumi dan langit.

Nasib Airlangga bisa dikatakan sebelas duabelas atau agak mirip dengan Puan Maharani, Putri Mahkota-nya PDI Perjuangan.

Tetapi, tentu saja elektabilitas bukan suatu yang mutlak bagi Airlangga. Sebagai penguasa partai, Airlangga punya modal dan kekuatan yang sangat besar.

Apalagi dengan sistem pemilu di Indonesia yang sedemikian dinamis, modal elektabilitas enggak jaminan bisa maju pilpres. Semua ada di tangan parpol. Tak dapat dukungan parpol, jangan harap jadi presiden.

Politik Asal-usul

Selain kekuatan di birokrasi dan politik, Airlangga sebenarnya memiliki klaim historis untuk menjadi pemimpin negara. Ada fakta menarik saat Airlangga Hartarto menyempatkan berziarah ke Komplek Pemakaman Astana Oetara Surakarta di sela kunjungannya ke Solo, Jumat.

Airlangga yang disebut-sebut masih keturunan dari Trah Mangkunegaran berziarah ke Komplek Pemakaman Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VI. Airlangga sendiri berziarah ke makam R Sastro Sunarto bin RM Ng Mangoen Bisono dan istrinya RM Ngt Soeparti Soenarto binti R Ng Parto Widjojo Hardjowoewito.

"Itu tadi, ayahnya bapak saya, jadi eyang kakung dan eyang putri," kata Airlangga dilansir dari Antara.

Sementara Juru Kunci Astana Oetara RM Haryanto mengatakan kakek dan nenek Airlangga merupakan pejabat di era Kerajaan Mangkunegaran. Eyang Airlangga adalah salah satu keturunan Mangkunegara II. "Dulu eyangnya Pak Airlangga adalah Jaksanya Mangkunegara VI dan juga ada keturunan trah dari Mangkunegara II," katanya.

Dalam konsep masyarakat Nusantara, terutama masyarakat dengan tradisi kerajaan (feodal) yang kuat seperti Jawa, sangkan paran, trah dan asal usul selalu penting. 

Sejarah mencatat hampir asal-usul semua pemimpin Indonesia dari zaman Sukarno hingga Joko Widodo selalu diperbincangkan bahkan bisa menjadi alat politik untuk memukul satu sama lain.

Bahkan Habibie, satu-satunya presiden dari bumi Celebes, juga tak bisa dilepaskan dari politik asal-usul ini.

Fakta dia adalah keturunan Bugis tak bisa disangkal. Dia tokoh terpandang dari Sulawesi. Tetapi fakta lain bahwa di dalam darahnya masih mengalir darah ningrat Jawa juga tak bisa dianggap isapan jempol. Kakek buyut Habibie adalah Tjitrowardoyo, konon masih punya ikatan keluarga dengan Sultan Hamengkubuwono ke IV. 

Asal-usul erat kaitannya dengan legitimasi politik. Semakin kabur identitas atau asal usul seorang pemimpin, legitimasi politiknya cenderung lemah. Bahkan bisa dipolitisasi seperti yang menimpa Presiden Jokowi. Jokowi kerap diasosiasikan oleh lawan poltiknya dengan salah satu partai terlarang di Indonesia.

Dalam posisi ini agaknya Airlangga lebih beruntung daripada Jokowi. Dia terbebas dari tuduhan kekiri-kirian. Persoalannya, apakah jaringan kekuasaan politik dan darah Mangkunegara bisa mengantarnya ke kursi RI 1? Jawabannya bisa iya bisa tidak. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper