Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Investor “Big Short” Michael Burry: Saham Tesla Bakal Tumbang

Michael Burry, investor AS yang terkenal lewat film The Big Short meramal saham Tesla bakal tumbang. Apa alasannya?
Bos Tesla Elon Musk. /Bloomberg
Bos Tesla Elon Musk. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Michael Burry, seorang investor Amerika Serikat yang terkenal lantaran berhasil memprediksi krisis moneter 2008, bertaruh bahwa saham Tesla bakal tumbang.

Dilansir Marketwatch, Scion Asset Management, perusahaan milik Burry, mengungkapkan dalam pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat pada Senin (17/08/2021) kemarin. Scoin menahan opsi ‘put bearish’.

Burry sendiri memiliki 800.200 saham Tesla atau setara US$534 juta pada akhir Kuartal I/2021. Opsi ‘put bearish’ merupakan opsi yang memberikan pemegang hak untuk menjual dengan harga yang ditentukan selama periode tertentu.

Burry berhasil tercatat dalam buku dan film “The Big Short” karya Michael Lewis. Dalam film yang dibintangi oleh aktor Christian Bale tersebut, Lewis menceritakan tentang jatuhnya pasar perumahan di Amerika Serikat pada 2008.

Pada Desember 2020, Burry telah mengumumkan akan melawan perusahaan milik taipan Elon Musk. Kemudian, Januari 2021, Burry terlihat melipat gandakan taruhan tersebut.

"Nah, Big Short terakhir saya menjadi lebih besar, lebih besar, dan LEBIH BESAR lagi," tulis Burry dalam akun Twitternya pada 10 Januari yang saat ini sudah dihapus.

Melansir dari CNBC, sebelumnya Burry juga pernah menulis cuitan bahwa ketergantungan Tesla pada kredit regulasi untuk menghasilkan keuntungan adalah sebuah tanda bahaya.

Semakin banyak pembuat mobil yang memproduksi kendaraan baterai-listriknya sendiri. Tampaknya lebih sedikit yang perlu membeli kredit peraturan lingkungan dari Tesla, yang telah mereka lakukan agar sesuai dengan peraturan lingkungan. Lagi-lagi, tweet tersebut kini telah dihapus oleh Burry.

Saat ini, taruhan Burry soal saham Tesla akan jatuh tidak tampak aneh. Pada Senin (17/05/2021), saham Tesla telah turun sekitar 18 persen setelah meroket 743 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu (year on year/yoy).

Wall Street juga mengkhawatirkan mengenai peningkatan produksi China serta persaingan di pasar dimana pada April penjualan turun Tesla dibandingkan Negara Tirai Bambu tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper