Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Keketuaan Asean 2023, Indonesia Harap Bisa Lahirkan Gagasan Besar

Indonesia berharap dalam keketuaan Asean keempat kalinya pada 2023 dapat menyumbangkan gagasan besar untuk memperkuat Asean ke depannya.
Presiden Joko Widodo (tengah) didamping Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kanan) bersama Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr (kiri) mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2021 di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Sabtu (24/4/2021). ANTARA FOTO/Biro Pers-Laily Rachev
Presiden Joko Widodo (tengah) didamping Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kanan) bersama Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr (kiri) mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2021 di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Sabtu (24/4/2021). ANTARA FOTO/Biro Pers-Laily Rachev

Bisnis.com, JAKARTA - Pada keketuaan Asean keempat kalinya pada 2023 mendatang, Indonesia berharap gagasan besar akan lahir kembali untuk memperkuat Asean, baik bagi negara anggota maupun mitra dialog yang semakin bertambah banyak.

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Rizal Affandi Lukman menegaskan pada Keketuaan di 2023, Indonesia harus kembali mampu menjawab tantangan dan kebutuhan dunia, terutama di tengah usaha keras perekonomian dunia untuk recovery dari dampak pandemi Covid-19.

"Jadi, upaya-upaya pemulihan ekonomi masih akan menjadi isu utama, termasuk diprediksi bahwa dinamika perekonomian di 2023 masih dibayang-bayangi dampak pandemi,” ucap Rizal, dalam siaran pers, Senin (3/5/2021).

Rizal juga mengggarisbawahi sinergi antara Keketuaan Indonesia di Asean dengan berbagai forum internasional seperti G-20 dan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).

Menurutnya, sinergi prioritas menjadi kata kunci untuk memastikan bahwa kepentingan Indonesia dapat diwujudkan di Asean, APEC dan G-20. "Keterlibatan aktif dalam forum-forum ini tidak lain untuk mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.

Untuk memperkuat dan mempertajam tema Keketuaan Indonesia tersebut, khususnya di bidang ekonomi, Rizal mengungkapkan FGD dengan topik “Mempertajam Priority Economic Deliverables (PED) Keketuaan Indonesia di Asean 2023” menghadirkan tiga narasumber, yaitu Duta Besar (Dubes) Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk Asean Ade Padmo Sarwono, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono, dan Direktur Eksekutif The Habibie Center (THC) Hadi Kuntjara, serta Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kemenko Perekonomian Netty Muharni sebagai moderator.

Adapun lima area PED yang dibahas adalah economic recovery, sustainability, resilience, inclusiveness, dan digital economy. Beberapa usulan PED yang berkarakter Indonesia, seperti Blue & Green Economy, Tourism, Vokasi, Digitalization, Connectivity, UMKM, Creative Economy dan Sainstek.

Pada akhir pertemuan diharapkan perlunya pembahasan usulan PED tersebut, dan disampaikan harapan agar Keketuaan Indonesia di Asean 2023 dapat meningkatkan kepentingan ekonomi nasional dan kawasan.

Kawasan Asia Tenggara yang terdiri atas 10 negara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (Asean) telah memperlihatkan kemajuan signifikan dari segi sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Asean kini semakin berpengaruh, baik di tingkat regional maupun global.

Asean merupakan pasar terbesar ke-3 di Asia dan terbesar ke-5 di dunia serta merupakan salah satu pasar terintegrasi yang paling maju.

Dengan populasi yang mencapai 660 juta jiwa, Asean memiliki basis konsumen yang luas, terbesar ke-3 setelah China dan India secara global. Lebih dari 50 persen populasi Asean berusia di bawah 30 tahun, dan mereka merupakan bagian terbesar dari angkatan kerja saat ini dan di masa depan.

Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor pendorong peningkatkan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) Asean sebanyak 140 kali lipat sejak didirikan pada 1967, dari US$23 miliar menjadi US$3,2 triliun. PDB per kapita juga meningkat 40 kali lipat dari US$122 menjadi US$4.827. Adapun, nilai perdagangan Asean naik 282 kali lipat dari US$10 miliar menjadi US$2,8 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper