Bisnis.com, JAKARTA - Menandai tiga tahun peringatan deklarasi bersejarah antara Korea Selatan dan Korea Utara, yakni Deklarasi Panmunjeom, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan bahwa sudah saatnya kedua pihak kembali melanjutkan dialog yang terhenti.
Melansir KBS World pada Rabu (28/4/2021), dalam sebuah rapat kabinet pada Selasa (27/4/2021), Moon mengatakan bahwa Korea Utara dan Korea Selatan harus mempersiapkan proses perdamaian yang lebih maju, belajar dari kesulitan yang dialami selama ini.
Pernyataan tersebut diyakini menggambarkan keinginan Moon untuk berdialog bersama Korea Utara dan menghidupkan kembali momentum untuk mencapai denuklirisasi, menjelang pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joe Biden pada akhir bulan Mei mendatang.
Moon mengungkapkan harapannya agar pertemuan tingkat tinggi itu dapat menjadi kesempatan bagi Seoul dan Washington untuk menyelaraskan kebijakan Amerika Serikat terhadap Korea Utara dan membuat landasan ke depan.
Dia menekankan bahwa Deklarasi Panmunjeom adalah dasar dalam proses perdamaian yang tidak dapat dibalikkan, dan upaya-upaya mencapai perdamaian permanen di Semenanjung Korea harus diteruskan dengan berlandaskan deklarasi tersebut.
Sebagai catatan, Deklarasi Panmunjeom adalah deklarasi yang dibuat oleh Korea Selatan dan Korea Utara dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) antara kedua Korea pada 27 April 2018.
Baca Juga
Dalam Deklarasi Panmunjeom, pemimpin kedua Korea menyepakati upaya bersama untuk denuklirisasi berlandaskan dukungan dan kerja sama dunia internasional. Kesepakatan tersebut menjadi fondasi pembahasan denuklirisasi antara Korea Utara dan Amerika Serikat.
Deklarasi tersebut juga berhasil membawa pada KTT pertama antara Korea Utara dan Amerika Serikat di Singapura pada 12 Juni 2018 dan tiga pertemuan antara kedua Korea, termasuk kunjungan Presiden Moon ke Pyongyang pada tahun yang sama.
Namun, akibat gagalnya KTT kedua antara Korea Utara dan AS di Hanoi, Vietnam, pada bulan Februari 2019 lalu, situasi di Semenanjung Korea menghadapi kebuntuan dan hubungan antara kedua Korea pun membeku.
Terdapat perkiraan bahwa Korea Utara tengah terus mengawasi perkembangan situasi di negara-negara sekitar sampai pemerintahan Biden mengumumkan langkah terbarunya terhadap Korea Utara, sembari mempererat hubungan persahabatan dengan China dan Rusia.
Tampaknya pemulihan hubungan kedua Korea dan proses perdamaian di Semenanjung Korea pada semester pertama tahun ini akan sulit terlaksana karena berbagai alasan.
Korea Utara juga tidak memberikan tanggapan apaun atas usulan Korea Selatan terkait pencegahan COVID-19 dan memutuskan tidak akan menghadiri Olimpiade Tokyo. Terlebih lagi, waktu yang tersisa tidak banyak karena saat ini Korea Selatan tengah berada di penghujung masa pemerintahan Presiden Moon Jae-in.
Ada yang berpendapat bahwa KTT antara Korea Selatan dan AS, yang dijadwalkan pada bulan depan terkait kebijakan AS terhadap Korea Utara, merupakan momentum terakhir dalam upaya untuk mengubah situasi di Semenanjung Korea.