Bisnis.com, JAKARTA -- PT Rayon Utama Makmur (RUM), pabrik serat rayon milik Grup Sritex, kembali digugat penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) di Pengadilan Negeri (PN) Semarang.
Untuk diketahui, RUM pernah digugat PKPU oleh PT Swadaya Graha pada akhir Maret lalu. Namun seiring berjalannya waktu, hakim PN Semarang menolak gugatan Swadaya Graha.
Sementara gugatan PKPU kali ini diajukan oleh PT Indo Bahari Express. Gugatan diajukan pada Rabu (22/4/2021) dengan nomor 14/Pdt.Sus-PKPU/2021/PN Niaga Smg.
Adapun dalam petitum gugatannya, pihak Indo Bahari Express meminta majelis hakim mengabulkan permohonan dan menetapkan PT RUM dalam status PKPU untuk 45 hari sejak putusan dibacakan.
Selain itu, pemohon juga meminta hakim mengangkat seorang hakim pengawas untuk mengawasi proses PKPU Rayon Utama Makmur (RUM).
Pihak Indo Bahari, melalui penasihat hukumnya Nunung Nurhadi, meminta majelis hakim menunjuk Januari Silaban sebagai pengurus PKPU atau kurator jika PT RUM dinyatakan pailit.
Baca Juga
"Membebankan seluruh biaya pengadilan kepada PT Rayon Utama Makmur," demikian bunyi petitum yang dikutip Bisnis, Jumat (23/4/2021).
Dalam catatan Bisnis, nama PT RUM tercantum dalam laporan keuangan SRIL dan tak bisa dilepaskan dari Grup Sritex dan keluarga Lukminto. Pendirian PT RUM dimaksudkan untuk memperkuat suplai bahan baku benang rayon di segmen pemintalan SRIL.
PT RUM ditargetkan memproduksi 80.000 ton serat rayon dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Secara umum keberadaan RUM, bagi Sritex akan memiliki dua manfaat.
Pertama, Rayon Utama Makmur (RUM) bisa mendukung kebutuhan bahan baku serat rayon. Apalagi saat itu, produsen serat rayon di Indonesia hanya ada dua yakni PT Indo Bharat Rayon dan PT South Pacific Viscose. Keberadaan RUM diharapkan memasok 60 persen kebutuhan produksi pemintalan Sritex.
Kedua, selain pasokan bahan baku yang stabil, pembangunan pabrik serat rayon (PT RUM), juga bisa memberi garansi kualitas serat rayon bagi produksi PT Sritex. Keberadaan PT RUM akan mengurangi perbedaan kualitas serat rayon untuk kebutuhan produksi, yang selama ini disuplai perusahaan yang berbeda-beda.