Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kopassus 69 Tahun, Ini Sejumlah Catatan Pasukan Baret Merah

Dibekali penguasaan taktik dan teknik ilmu perang khusus, serta mahir dan andal bergerak secara cepat di berbagai medan tempur Kopassus menjadi pasukan yang disegani hingga level dunia.
Ilustrasi/tangkapan layar kopassus.mil.id
Ilustrasi/tangkapan layar kopassus.mil.id

Bisnis.com, JAKARTA - Lebih baik pulang nama daripada gagal di medan lagi. berani, benar, berhasil. Komando.

Tiga kalimat di tampilan muka situs web Kopassus cukup menggambarkan keandalam pasukan yang dikenal sebagai korps baret merah ini.

Dibekali penguasaan taktik dan teknik ilmu perang khusus, serta mahir dan andal bergerak secara cepat di berbagai medan baik darat, laut, dan udara membuat Kopassus menjadi pasukan yang disegani hingga level dunia.

Brevet Komando yang disandang prajurit Kopassus mencerminkan mereka telah menjalani kawah candradimuka yang menghasilkan prajurit pemberani, cekatan dan terampil menjalankan operasi darat, laut, dan udara.

Hari ini, Kopassus genap berusia 69 tahun. Komando Pasukan Khusus ini merupakan bagian dari Komando Utama (KOTAMA) tempur yang dimiliki TNI Angkatan Darat. 

Kopassus memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan antiteror.

Jangan ditanya soal kemampuan tempur.

Kopassus mumpuni dalam Operasi Militer Perang macam Direct Action atau serangan langsung untuk menghancurkan logistik musuh, Combat SAR, Anti Teror, juga Advance Combat Intelligence (Operasi Inteligen Khusus).

Dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP) Kopassus juga andal dalam Humanitarian Asistensi (bantuan kemanusiaan), AIRSO (operasi anti insurjensi, separatisme dan pemberontakan), perbantuan terhadap kepolisian/pemerintah, SAR Khusus serta Pengamanan VVIP.

Baret merah menjadi penanda khas prajurit pasukan yang memiliki moto "Berani, Benar, Berhasil" ini.

Sukses Laksanakan Tugas Beras

Dikutip dari Wikipedia, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas berat.

Beberapa operasi yang dilakukan Kopassus di antaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, operasi pembebasan sandera perompak Somalia, serta berbagai operasi militer lainnya.

Sebagai pasukan khusus dengana misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia, tak heran jika banyak Operasi Kopassus yang tidak diketahui publik secara lengkap.

Beberapa operasi rahasia itu seperti penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk dikordinasikan dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli jarak jauh (long range recce) di perbatasan Papua Nugini.

A.E. Kawilarang, Siliwangi, dan Idjon Djanbi

Pada 16 April 1952, Kolonel A.E. Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku.

Saat itu A.E. Kawilarang bersama Letkol Slamet Rijadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS. 

Kawilarang pun bercita-cita mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.

Ia pun merekrut seorang mantan prajurit komando Inggris No.10 (Inter Allied) Commando dan Regiment Speciale Troepen KNIL bernama Idjon Djanbi.

Idjon Djanbi adalah mantan kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada. Ia memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser. Pada 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).

Pada 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih Kesko TT dari komando Siliwangi. Nama Kesko TT pun diubah menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).

Pada 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang tetap dipimpin oleh Mochamad Idjon Djanbi.

Tahun 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, di timur Jakarta. Kepanjangan RPKAD diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Saat itu organisasi militer itu telah dipimpin Mayor Kaharuddin Nasution.

Pada saat operasi penumpasan DI/TII, komandan pertama, Mayor Idjon Djanbi terluka, dan akhirnya digantikan oleh Mayor RE Djailani.

Pada 12 Desember 1966, RPKAD berubah menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD). Nama Puspassus AD bertahan selama lima tahun.

Hingga tahun 1963 RPKAD terdiri atas dua batalyon, yaitu batalyon 1 dan batalyon 2, kesemuanya bermarkas di Jakarta.

Ketika, batalyon 1 dikerahkan ke Lumbis dan Long Bawan, saat konfrontasi dengan Malaysia, batalyon 2 bertugas di Kuching, Malaysia.

Personel nyata RPKAD saat itu tak lebih dari 1 Batalyon. Kondisi itu membuat komandan RPKAD saat itu, Letnan Kolonel Sarwo Edhie -karena kedekatannya pribadi dengan Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Ahmad Yani, meminta penambahan personel dari 2 batalyon Banteng di Jawa Tengah.

Saat menumpas DI/TII di Jawa Tengah, Ahmad Yani membentuk operasi "Gerakan Banteng Negara" (GBN) yang sering disebut Batalyon Banteng Raiders.

Ahmad Yani menyanggupi dan memberikan Batalyon 441 "Banteng Raider III", Jatingaleh, Semarang dan Batalyon Lintas Udara 436 "Banteng Raider I", Magelang.

Melalui rekrutmen dan seleksi latihan Raider di Bruno Purworejo dan latihan Komando di Batujajar maka Batalyon 441 "Banteng Raider III" ditahbiskan sebagai Batalyon 3 RPKAD (Tri Budhi Maha Sakti) di akhir tahun 1963.

Menyusul kemudian Batalyon Lintas Udara 436 "Banteng Raider I", Magelang menjadi Batalyon 2 menggantikan batalyon 2 lama yang kekurangan tenaga di pertengahan 1965.

Prajurit RPKAD pada Batalyon-1 dan 2 awal di Cijantung diambil dari seleksi anak-anak muda (sipil). Sementara pada Batalyon-2 dan 3 seleksi prajurit RPKAD diambil dari prajurit "jadi" yang sudah mempunyai "jam terbang" dan pengalaman dalam operasi - operasi militer.

Pada 17 Februari 1971, RPKAD diberi nama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Dalam operasi di Timor Timur, Kopassandha melakukan operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim dengan Indonesia.

Desember 1978 pasukan Kopassandha menorehkan sejarah dalam operasi pembebasan sandera di  pesawat DC-9 Woyla Garuda Indonesian Airways.

Pesawat tersebut dibajak oleh lima orang yang mengaku berasal dari kelompok "Komando Jihad" yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, 28 Maret 1981.

Pesawat yang tengah menerbangi rute Palembang-Medan itu sempat didaratkan di Penang, Malaysia dan akhirnya mendarat di Bandara Don Muang, Bangkok.

Letkol Sintong Panjaitan dan pasukan Kopassandha mampu membebaskan seluruh sandera dan menembak mati semua pelaku pembajakan.

Korban yang jatuh dari operasi ini adalah Capa (anumerta) Achmad Kirang yang meninggal tertembak pembajak, serta pilot Kapten Herman Rante yang juga ditembak oleh pembajak.

Reorganisasi di tubuh ABRI membuat Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang lebih terkenal dengan nama Kopassus hingga kini. Pergantian nama itu terjadi  pada 26 Desember 1986.

Dalam penataan organisasi, kesatuan Kopassus digabungkan menjadi Grup 1, Grup 2, Grup 3/Pusdik Pasuss, serta Detasemen 81.

Sejak 25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi dan pengembangan grup dari tiga Grup menjadi lima Grup, yakni:

  • Grup 1/Parakomando — berlokasi di Serang, Banten
  • Grup 2/Parakomando — berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
  • Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus — berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
  • Grup 4/Sandhi Yudha — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
  • Grup 5/Anti Teror — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur

Detasemen 81, unit anti teroris Kopassus, ditiadakan dan diintegrasikan ke grup-grup tadi.

Sebutan bagi pemimpin Kopassus juga ditingkatkan dari Komandan Kopassus yang semula berpangkat Brigjen menjadi Komandan Jendral (Danjen) Kopassus yang berpangkat Mayjen.

Meski dari segi korps, para anggota Kopassus umumnya berasal dari Korps Infanteri, sesuai sifat kekhususannya Kopassus menciptakan strukturnya sendiri yang dikenal dengan istilah Grup.

Dengan satuan ini, Kopassus dapat fleksibel menentukan jumlah personel, bisa lebih banyak dari ukuran brigade (sekitar 5.000 personel), atau lebih sedikit.

Dalam melaksanakan operasi tempur, jumlah personel yang terlibat relatif sedikit. Kopassus bisa dikatakan jarang sekali melakukan operasi dengan melibatkan kekuatan satu batalyon sekaligus.

Saat ini, Kopassus di pimpin oleh seorang Komandan Jenderal (Danjen) yang berpangkat Mayor Jenderal.

Sejak 27 Agustus 2020, Kopassus dipimpin Mayor Jenderal TNI Mohamad Hasan.

Sementara berdasar keterangan di situs web Kopassus, dilihat Jumat (16/4/2021) disebutkan bahwa setelah beberapa kali mengalami perubahan dalam organisasinya, struktur organisasi Kopassus saat ini terdiri atas

  • Makopassus, berkedudukan di Cijantung
  • Grup- 1/Parako, berkedudukan di Serang
  • Grup-2. Sandha, berkedudukan di Solo
  • Grup-3/Sandha berkedudukan di Cijantung
  • Pusdiklatpassus, berkedudukan di Batujajar
  • Sat-81/Gultor, berkedudukan di Cijantung
     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : Wikipedia/kopassus.mil.id

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper