Bisnis.com, JAKARTA - Setelah varian Covid-19 asal Inggris yakni B117, mutasi N439K akhirnya dilaporkan telah masuk ke Indonesia.
Varian virus Corona B117 yang lebih menular dan pertama kali ditemukan di Inggris itu diumumkan telah masuk ke Tanah Air pada 2 Maret 2021 lalu atau tepat setahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Sementara itu, mutasi N439K baru saja terdeteksi di Indonesia. Guru Besar Universitas Indonesia Profesor Zubairi Djoerban menjelaskan bahwa telah terdeteksi 48 kasus mutasi N439K di Indonesia.
Lantas, apa saja perbedaan N439K dibandingkan varian yang lainnya? Zubairi yang juga merupakan Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Pengurus Besar IDI (Satgas Covid-19 PB IDI) menjelaskan bahwa sifat varian N439K ini adalah tahan atau tak mempan terhadap antibodi.
Varian tersebut tahan baik terhadap antibodi dari tubuh orang yang telah terinfeksi, maupun antibodi yang telah disuntikkan ke tubuh seseorang.
Yang paling disorot dari N439K adalah sifatnya yang resistans terhadap antibodi alias tidak mempan. Baik itu antibodi dari tubuh orang yang telah terinfeksi, maupun antibodi yang telah disuntikkan ke tubuh kita.
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) March 13, 2021
Menurutnya, Amerika Serikat telah mencoba untuk mengantisipasi N439K dengan mengeluarkan emergency use authorization (EUA) untuk dua jenis obat antibodi monoklonal dalam pengobatan Covid-19. Namun, jelas dia, N439K ternyata tidak mempan diintervensi oleh obat tersebut.
Baca Juga
"Dikatakan Gyorgy Snell, Direktur Senior Biologi Struktural di Vir Biotechnology California, N439K punya banyak cara mengubah domain imunodominan untuk menghindari kekebalan (tubuh manusia)—sekaligus mempertahankan kemampuannya untuk menginfeksi orang," tulis Zubairi di akun Twitternya, @ProfesorZubairi, Sabtu (13/3/2021) 11.42 WIB.
Namun, Zubairi mengatakan bahwa berdasarkan catatan epidemiolog, penyebaran N439K tidak secepat varian Covid-19 lainnya, yakni B117 yang penyebaran awalnya terdeteksi di Inggris. Dia pun berharap hal itu tetap berlaku ke depannya.
Yang paling disorot dari N439K adalah sifatnya yang resistans terhadap antibodi alias tidak mempan. Baik itu antibodi dari tubuh orang yang telah terinfeksi, maupun antibodi yang telah disuntikkan ke tubuh kita.
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) March 13, 2021
Kendati begitu, ahli ilmu penyakit dalam itu meminta masyarakat untuk tetap awas dan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat sebagai langkah antisipasi.
"Pesan saya. Tetap jaga jarak, pakai masker dan hindari kerumunan, apalagi di dalam ruangan. Jangan bosan saling ingatkan. Pandemi belum usai," tegas Zubairi.