Bisnis.com, JAKARTA - China telah menyatakan strategi kebijakan luar negerinya dengan membangun pengaruhnya sendiri di negara-negara berkembang untuk menghadapi AS.
Hal itu terlihat dari pidato Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam pertemuan terbatas dengan sejumlah media dalam acara Kongres Rakyat Nasional pada Minggu (7/3/2021).
Dilansir dari South China Morning Post, Senin (8/3/2021), profesor hubungan internasional dari Ocean University Pang Zhongying mengatakan memberi sinyal bahwa China ingin mengumpulkan dukungan dari negara non barat pada saat hubungan AS dan sekutunya meningkat.
“Pemerintahan Biden telah berusaha untuk memperkuat aliansi pimpinan AS untuk melawan China. Dunia internasional saat ini sedang mengerahkan tantangan berat bagi China,” kata Pang.
Berkaca pada zaman Mao Zhedong, China mendapatkan dukungan dari 'saudara berpakaian besi' seperti Albania dan Kamboja. “Namun, akan menantang untuk membangun pengaruh seperti itu di dunia seperti saat ini,” kata Pang.
Dalam tanya jawab dengan media pada Minggu, Menlu China Wang Yi menekankan hubungan perdaagangan dengan timur Tengah dan Amerika Latin yang terjadlin dalam Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dengan 14 negara Asia Pasifik.
Baca Juga
“China bersedia bergandengan tangan dengan semua pihak untuk membangun sabuk dan jalan [belt and road] menjadi jalur luas pembangunan dan kemakmuran bersama,” kata Wang Yi dikutip dari Xinhua pada Minggu.
Tak hanya itu, Wang juga mengungkapkan komitmennya untuk membantu Afrika dalam menghadapi pandemi Covid-19.
“Kami telah menyediakan hampir 120 batch alat kesehatan darurat ke Afrika dan mengirim tim ahli medis ke 15 negara Afrika. Kami telah mulai memberikan vaksin Covid-19 ke 35 negara Afrika dan Komisi Uni Afrika,” katanya.
Pada saat Wang fokus ke negara berkembang, Presiden AS Joe Biden tengah berupaya mengumpulkan kekuatan kembali dengan sekutunya dari Quad (Australia, AS, Jepang, dan India) dengan melakukan pertemuan virtual perdana pada bulan ini untuk melawan China.
Dilansir dari Global Times Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengonfirmasikan hal tersebut, termasuk pemimpin dari Jepang dan India.
Jika sebelumnya pertemuan tingkat tertinggi dihadiri oleh menteri luar negeri dari empat negara, kali ini pertemuan akan dihadiri oleh pemimpin negara tertinggi.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan berurusan dengan China menjadi ujian terbesar. Dalam pidatonya melalui video, Blinken mengatakan pendekatan dengan China akan kompetitif ketika diperlukan, kolaboratif jika mampu, dan menentang jika diharuskan.
“China adalah satu-satunya negara dengan ekonomi, diplomasi, militer, dan kekuatan teknologi yang benar-benar menguji stabilitas dan sistem internasional terbuka,” seperti dikutip dari Bloomberg.