Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Boris Johnson mengklaim infeksi virus corona di Inggris telah melandai cukup signifikan dalam beberapa pekan terakhir.
Hal ini menjadi dorongan bagi pemerintah Inggris untuk mempertimbangkan seberapa cepat membuka kembali ekonomi Inggris.
Berdasarkan survei Imperial College London dan Ipsos Mori menyebutkan prevalensi virus nasional di Inggris turun hingga dua per tiga pada dua pekan pertama Februari dibandingkan dengan Januari.
Angka infeksi orang turun menjadi 51 per 10.000 pada dua pekan pertama Februari, turun dari 157 per 10.000 pada Januari.
Tanda-tanda bahwa lockdown sudah ada hasilnya untuk menahan perkembangan pandemi adalah kabar baik bagi Johnson, yang tengah dalam tekanan untuk segera melonggarkan aturan dan membantu mendorong perekonomian Inggris dari resesi terburuk selama 300 tahun.
Johnson akan membuat peta jalan untuk melonggarkan aturan pada 22 Februari 2021, dan mengatakan bahwa dia akan mencermati data mengenai infeksi, rawat inap, dan kematian akibat penyakit tersebut sebelum membuat keputusan apa pun.
Baca Juga
“Temuan ahli tersebut menunjukkan tanda-tanda menjanjikan bahwa penanganan infeksi Covid-19 di seluruh negeri menuju arah yang baik, tapi tentunya kita tidak boleh lengah, karena kasus dan tingkat orang yang masuk rumah sakit masih tinggi,” kata Menteri Kesehatan Matt Hancock, dilansir Bloomberg, Kamis (19/2/2021).
Semua toko-toko usaha non-esensial sudah boleh dibukan mulai pertengahan April, diikuti dengan penginapan, perhotelan, dan beberapa fasilitas bersantai di akhir bulan April. Johnson juga berharap pembelajaran tatap muka bisa segera dimulai pada 8 Maret 2021.