Bisnis.com, JAKARTA – China memulai upaya ambisius untuk melakukan vaksinasi Covid-19 terhadap 50 juta warganya menjelang Tahun Baru Imlek yangjatuh pada awal Februari 2021.
Dilansir Bloomberg, pemerintah berencana menggunakan vaksin yang dikembangkan secara lokal yang semakin mendekati persetujuan peggunaan oleh otoritas berwenang.
Menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, program vaksinasi ini akan difokuskan terhadap kelompok-kelompok utama termasuk rumah sakit, polisi, staf bandara dan bea cukai, serta pekerja utilitas.
Rencana ini diinstruksikan dalam telekonferensi baru-baru ini kepada pejabat dari Komisi Kesehatan Nasional dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit provinsi. South China Morning Post melaporkan rencana tersebut sebelumnya.
Rencana ini kira-kira sama dengan vaksinasi seluruh populasi Korea Selatan dalam waktu kurang dari dua bulan, dan menetapkan rencana paling ambisius secara global, di depan negara lain seperti AS dan Inggris yang juga berlomba untuk mendistribusikan vaksin.
Sistem terpusat dan terkontrol di China telah menunjukkan kemampuan untuk menjangkau sejumlah besar orang selama pandemi, dengan keberhasilannya dalam menahan virus bergantung pada pengujian massal di seluruh kota, seperti Wuhan, ketika wabah muncul.
Sebanyak 50 juta akan menerima dosis vaksin pertama mereka sebelum 15 Januari dan suntikan kedua pada 5 Februari, dalam upaya untuk mencegah wabah sebelum dan selama perayaan Tahun Baru.
Liburan tahun baru selama sepekan yang dimulai 11 Februari, biasanya membuat ratusan juta orang China melakukan perjalanan ke seluruh negeri untuk reuni keluarga, sehingga meningkatkan risiko peningkatan penularan Covid-19.
Meskipun sumber tersebut tidak menyebutkan nama vaksin yang akan digunakan, peluncuran rencana ini dilakukan karena regulator negara tersebut diharapkan untuk menandatangani vaksin yang diproduksi oleh China National Biotec Group Co. dan Sinovac Biotech Ltd. untuk penggunaan umum.
Komisi Kesehatan Nasional tidak menanggapi permintaan komentar melalui, sementara CDC China juga belum memberikan komentar. Seorang juru bicara Sinovac mengatakan perusahaan tidak mengetahui rencana tersebut, dan juru bicara CNBG tidak menanggapi pertanyaan di WeChat.