Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Lockdown, Defisit Anggaran Inggris Tembus Rp3.294 Triliun

Utang pemerintah Inggris sejak lockdown nasional diberlakukan pada bulan Maret kini bahkan lebih tinggi dibandingkan sepanjang tahun setelah krisis keuangan 2008-2009.
Kanselir Inggris Rishi Sunak membawa anggaran yang akan digunakan untuk menopang ekonomi Britania Raya, Rabu (11/3/2020)/ Bloomberg - Simon Dawson
Kanselir Inggris Rishi Sunak membawa anggaran yang akan digunakan untuk menopang ekonomi Britania Raya, Rabu (11/3/2020)/ Bloomberg - Simon Dawson

Bisnis.com, JAKARTA – Pinjaman pemerintah Inggris melonjak menjadi 173,7 miliar poundsterling (Rp3.294 triliun) pada lima bulan pertama tahun fiskal 2020 karena meningkatnya pengeluaran akibat pandemi virus corona.

Dilansir dari Bloomberg, Kantor Statistik Nasional mencatat defisit anggaran pada bulan Agustus sendiri sudah mencapai 35,9 miliar poundsterling (Rp680,9 triliun). Utang pemerintah Inggris sejak lockdown nasional diberlakukan pada bulan Maret kini bahkan lebih tinggi dibandingkan sepanjang tahun setelah krisis keuangan 2008-2009.

Angka tersebut dirilis setelah Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak meluncurkan rencana senilai 5 miliar pound untuk menyelamatkan jutaan pekerjaan dan bisnis dari krisis setelah kebangkitan Covid-19 mengancam perekonomian.

Pandemi ini telah merusak keuangan publik. Tingkat utang saat ini melampaui 2 triliun poundsterling, sedangkan defisit, yang merupakan jumlah yang dibutuhkan pemerintah untuk mendanai pengeluarannya, ditetapkan mendekati 400 miliar pound pada tahun fiskal ini.

Defisit yang hampir mencapai seperlima dari PDB tersebut akan menjadi shortfall terbesar di masa damai Inggris. Pada 2009-2010, defisit mencapai 158,3 miliar poundsterling atau sekitar 10 persen dari PDB.

Dengan langkah pembelian obligasi oleh Bank of England, yang dapat mempertahankan suku bunga rekor terendah, defisit terbilang masih terjangkau untuk saat ini. Namun Sunak mengatakan keuangan publik harus dikembalikan secara berkelanjutan setelah krisis berakhir. Komentar ini menandakan Inggris akan menghadapi kenaikan pajak dalam jangka menengah.

Dalam set data yang sama, pemerintah mencatat pendapatan pajak turun 14 persen pada Agustus dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan pengeluaran melonjak hinga lebih dari 30 persen

Pengeluaran pemerintah didorong oleh stimulus senilai 500 juta pound yang dibayarkan ke restoran di bawah program Eat Out to Help Out, yang menjadi inisiatif yang disponsori Departemen Keuangan untuk membantu industri perhotelan. Selain itu, pemerintah juga menggelontorkan 11 miliar poundsterling untuk pekerja yang menganggur akibat pandemi.

Bahkan sebelum pengumuman hari Kamis, Kantor Anggaran Inggris menyebutkan anggaran yang dikeluarkan dari dukungan langsung untuk perekonomian pada tahun 2020-2021 lebih dari 190 miliar pound.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper