Bisnis.com, JAKARTA - Industri penerbangan global telah memangkas lebih dari 350.000 tanaga kerja dalam kurun waktu enam bulan terakhir.
Pemangkasan karyawan di industri ini diperkirakan masih berlanjut sebagai dampak dari pandemi virus corona (Covid-19).
Dilansir Bloomberg, Selasa (1/9/2020), total pemangkasan tenaga kerja di industri aviasi bisa mendekati setengah juta setelah memasukkan sekitar 25.000 PHK di sektor pabrikan kedirgantaraan dan pengelola bandara.
Sebanyak 95.000 tenaga kerja lainnya terancam PHK, berdasarkan studi Rowland Hayler, Co-Founder dari grup konsultan Five Aero.
Adapun, maskapai penerbangan global tercatat telah mengurangi 220.700 karyawan, kemudian pabrikan pesawat sebanyak 60.200 karyawan, layanan penerbangan sekitar 46.400 tenaga kerja, dan pengelola bandara sebanyak 29.700 karyawan.
Perusahaan penerbangan Asia dan bandara di seluruh negara berusaha menekan jumlah PHK dengan mengurangi gaji karyawan atau setidaknya tidak mengumumkan pemangkasan tenaga kerja, kata Hayler.
Sementara itu, maskapai penerbangan memangkas lebih dari 200.000 pekerja setelah berbulan-bulan larangan terbang memukul pendapatan mereka, bahkan mengancam kelangsungan hidup beberapa perusahaan.
Seiring dengan kenaikan kasus positif Covid-19 dan pembatasan aktivitas masyarakat, jumlah penumpang pun terus menurun.
Produsen pesawat terbang, seperti Airbus SE dan Boeing Co. selalu menolak untuk memangkas produksi karena masalah biaya dan kompleksitas dari lini produksi yang melambat dan juga risiko merugikan para pemasok suku cadang jika produksi dikurangi.
Lebih dari 80 persen PHK di industri penerbangan diumumkan di kawasan Eropa dan Amerika Utara, walaupun kedua wilayah ini hanya mengenggam pangsa pasar 49 persen dari total jumlah penumpang, demikian laporan studi Hayler.
Perusahaan-perusahaan penerbangan Asia dinilai lebih menahan pemangkasan tenaga kerja, tetapi tidak adanya data dari China dan negara lain menjadi masalah besar, kata Hayler.
Maskapai penerbangan utama di Asia seperti Cathay Pacific Airways Ltd. dan Singapore Airlines Ltd. juga belum merilis rencana resmi terkait pengurangan jumlah tenaga kerja.
"Krisis pandemi ini menyebabkan kerusakan besar untuk industri penerbangan dalam jangka panjang. Mengingat pentingnya sektor ini dalam mendukung semua jenis bisnis lain, kehilangan pekerjaan juga bencana bagi ekonomi yang lebih luas," jelas Hayler.