Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Terkontraksi, Permintaan di Malaysia dan Vietnam Belum Pulih

Meskipun produksi manufaktur berangsur pulih, permintaan terhadap produk manufaktur di banyak negara, termasuk Vietnam dan Malaysia, belum menunjukkan peningkatan.
Pekerja merakit mobil di pabrik Vinfast di Hai Phong, Vietnam, Jumat (14/6/2019)./Reuters-Kham
Pekerja merakit mobil di pabrik Vinfast di Hai Phong, Vietnam, Jumat (14/6/2019)./Reuters-Kham

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi manufaktur di Malaysia relatif stabil dan berhasil mempertahankan pemulihan dari penurunan selama pandemi virus Corona.

Manufacturing Purchasing Managers Index (PMI) Malaysia turun tipis menjadi 49,3 pada Agustus dari 50,0 pada Juli.

Responden mengindikasikan bahwa permintaan terus pulih dari kondisi terburuk yang terlihat pada April lalu. Peningkatan permintaan ini menyusul pelonggaran pembatasan pergerakan yang telah diberlakukan di banyak tempat.

Meski demikian, permintaan pelanggan tetap relatif rendah terutama di pasar luar negeri. Adapun pesanan ekspor baru terus menurun di tengah pembatasan yang sedang berlangsung di sejumlah pasar luar negeri.

Aktivitas pembelian sedikit berkurang, menyusul kenaikan pada Juli. Harapan bahwa pesanan baru kembali ke kondisi normal mendukung optimisme di antara perusahaan yang memperkirakan produksi manufaktur akan meningkat di tahun mendatang. Meski begitu, kekhawatiran seputar Covid-19 tetap ada, sehingga menyebabkan sentimen turun di bawah rata-rata.

Chris Williamson, Chief Business Economist di IHS Markit mengatakan ekspansi output manufaktur Malaysia yang telah kehilangan momentum dari rebound awal seharusnya tidak mengherankan, tetapi sejauh mana permintaan dan pesanan ekspor terus memburuk, harus menjadi perhatian.

"Melemahnya sentimen bisnis tentang prospek untuk tahun depan juga mengkhawatirkan. Meskipun sangat menggembirakan melihat lebih banyak yang optimistis daripada yang pesimistis, menunjukkan bahwa perusahaan berada pada keseimbangan mengenai harapan untuk tumbuh di tahun mendatang," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (1/9/2020).

Dia mengatakan karenanya perusahaan harus terus fokus pada pemotongan biaya untuk membantu bertahan dari krisis terutama terkait pekerjaan.

Sementara itu di Vietnam, kondisi manufaktur mengalami penurunan pada Agustus. Baik output maupun pesanan baru terpangkas selama dua bulan terturut-turut. Manufacturing PMI Vietnam turun menjadi 45,7 pada Agustus dibandingkan dengan 47,6 pada Juli.

Namun demikian, angka ini jauh lebih ringan daripada yang terlihat selama penurunan terburuk pada April. Responden menunjukkan bahwa efek pandemi menyebabkan penurunan output dan pesanan baru. Bisnis baru menurun dengan kecepatan yang solid di tengah laporan permintaan pelanggan yang lemah. Data juga menunjukkan penurunan tajam dalam pesanan ekspor baru.

Penurunan yang lebih cepat dalam aktivitas pembelian juga tercatat di tengah penurunan pesanan baru dan kebutuhan produksi. Meski demikian, penurunan pembelian input masih jauh lebih lemah dari rekor April. Penurunan persediaan juga berlanjut dengan stok pembelian dan barang jadi menurun pada Agustus.

Produsen menanggapi kondisi permintaan yang lemah dengan menurunkan harga output di pertengahan kuartal ketiga tahun ini. Harga jual kini telah menurun untuk bulan ketujuh.

Andrew Harker, Direktur Ekonomi IHS Markit mengatakan data PMI terbaru untuk Vietnam menyoroti dampak pandemi yang sedang berlangsung di sektor manufaktur dan tantangan yang dihadapi dalam upaya mengatasinya.

Permintaan pelanggan tetap lemah, dengan perusahaan mengurangi produksi. Selain itu, kondisi seputar kehilangan pekerjaan juga sangat mengkhawatirkan.

"Perusahaan akan berharap virus dapat dikendalikan sehingga pemulihan yang dilakukan pada Juni dapat kembali ke jalurnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper