Bisnis.com, JAKARTA - Pertemuan Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat Alex Azar dengan Presiden Taiwan diprediksi akan semakin memicu ketegangan antara AS - China.
Dilansir dari Bloomberg, Azar direncanakan akan bertemu dengan Presiden Tsai Ing-wen pada Senin (10/8/2020) guna membahas kerja sama penanganan Covid-19, termasuk penyediaan suplai medis dan teknologi.
Kunjungan ini bakal merangsang kemarahan China seiring dengan konfrontasi yang dilakukan AS di berbagai kesempatan, seperti soal virus, UU Keamanan Nasional Hong Kong, hingga perusahaan teknologi Tiktok.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menentang pertemuan tersebut dengan tegas dan mengatakan bahwa Taiwan adalah masalah penting dan sensitif dalam hubungan AS - China. Dalam kunjungan ke Taiwan, Azar beserta rombongannya harus mematuhi rangkaian prosedur kesehatan, termasuk tes kesehatan, pemeriksaan suhu, dan selalu mengenakan masker.
Dalam press briefing Kamis lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan Joanne Ou mengungkapkan bahwa Beijing adalah pembuat masalah global. Pihaknya meminta China agar tidak ikut campur dengan hubungan internasional Taiwan.
"Apa yang dapat dilakukan pemerintah China adalah berhenti berperilaku tidak bertanggung jawab dalam tatanan internasional," katanya.
Baca Juga
Taiwan meminta Beijing agar mengembalikan politik kepada rakyat dan mendengarkan rakyat karena 1,4 miliar penduduk China dan Hong Kong butuh kebebasan.
Seperti banyak diberitakan, Taiwan digadang-gadang menjadi salah satu negara paling sukses dalam penanganan Covid-19, sementara AS menjadi yang terparah.
Direktur program China Asia Research Institute Jonathan Sullivan mengatakan kunjungan Azar ke Taiwan sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pengendalian virus. Tujuan utama AS memang mengirim sinyal ke Beijing karena telah menekan diplomasi dan militer Taiwan.
"Ada kepercayaan diri pada Taiwan, di mana demonstrasi dukungan dari AS akan membantu, bahwa Taiwan bisa hidup dengan tekanan China, meski terbatas, terutama selama reaksi ketegasan China meningkat di seluruh dunia."