Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

5 Provinsi Penyumbang Kematian Tertinggi karena Covid-19 di Indonesia

Tim Pakar Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengungkap lima provinsi penyumbang angka kematian tertinggi karena Virus Corona di Indonesia.
Tim Pakar Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Tim Pakar Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah. JIBI/Bisnis-Nancy Junita

Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat sampai 2 Agustus 2020 ada lima provinsi dengan angka kematian tertinggi karena infeksi Virus Corona.

Tim Pakar Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengungkap lima menjadi penyumbang angka kematian tertinggi, yaitu Jawa TImur sebanyak 1719 kasus, DKI Jakarta sebanyak 844 kasus, Jawa Tengah 655 kasus, Sulawesi Selatan 321 kasus, dan Kalimantan Selatan 295 kasus.

Namun, jika dihitung dari sisi kematian dibagi jumlah orang yang positif, Jawa Timur bukan yang menempati urutan pertama.

Berdasarkan laporan Satgas Covid-19 dari angka kematian dibagi dengan jumlah orang yang positif, provinsi yang mencatatkan angka tertinggi adalah Bengkulu 8,09 persen, baru disusul Jawa Timur 7,74 persen, diikuti Jawa Tengah 6,73 persen, Nusa Tenggara Barat 5,48 persen, dan Kalimantan Tengah 5,12 persen.

“Jawa Timur tidak nomor satu mungkin karena karena jumlah positifnya dan kecepatan penanganannya lebih tinggi. Data memperlihatkan sebarapa cepat rumah sakit menangani dan seberapa cepat orang memahami gejala-gejala Covid-19,” terangnya.

Dewi menambahkan, meskipun angka kematiannya besar, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan keluar dari daftar, karena kematian dibagi dengan kasus positifnya tidak sebesar yang lain.

Dari awal pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, Dewi mengungkapkan, pada Maret angka kematian sempat tinggi di 9,34 persen kemudian angka kematian turun per Juli 5,08 persen, kemudian per 4 Agustus sudah 4,68 persen.

Adapun, Indonesia punya pekerjaan rumah untuk meningkatkan kesembuhan dan menekan kematian setidaknya sama dengan dunia di 3,79 persen.

 “Ini catatan meninggal dibandingkan yang positif. Di awal tinggi karena kita masih butuh jumlah RS Rujukan dan dokter yang saat itu belum memadai, sehingga angka persentase kematian masih tinggi,” terangnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper