Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuratal II yang terkoreksi negatif akan membuat angka kemiskinan semakin besar. Oleh karena itu, perbaikan struktural harus segera dilakukan untuk mengurangi tekanan terhadap masyarakat.
Staf khusus Presiden Arif Budimanta mengatakan pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada triwulan kedua tahun ini diprediksi dalam rentang nilai sebesar minus 4,5 persen hinga minus 5,1 persen secara tahunan.
“Tingginya nilai negatif pertumbuhan ekonomi akan membuat kemiskinan makin besar,” kata Arif dalam seminar digital bertajuk “Kemiskinan Ekstrem dan Oligarki Ekonomi di Masa Pandemi" di Jakarta, yang diselenggarakan lembaga riset SigmaPhi, Jumat (17/7/2020).
Berdasarkan data BPS per Maret 2020, persentase penduduk miskin Indonesia naik menjadi 9,78 persen. Pada survei berikutnya, September 2020, kemungkinan akan kembali merangkak naik.
“Kita harus perbaiki kondisi struktural masyarakat miskin agar dapat mengakses lembaga keuangan, teknologi, dan pasar,” kata Arif.
Sementaraitu, lanjut Arif, untuk mencegah kontraksi lebih dalam, pemerintah berusaha mendorong dari sisi penawaran dan sisi permintaan untuk meningkatkan lagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini akan dilakukan melalui dorongan percepatan belanja kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
Baca Juga
Guru Besar dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Nunung Nuryartono mengingatkan bahwa kemiskinan dapat terjadi akibat akses yang tidak terbagi secara merata.
Dia juga meyakini bahwa peningkatan akses yang lebih besar bagi masyarakat miskin ke lembaga keuangan, teknologi, dan pasar, akan membantu mendorong perbaikan nasib kaum miskin.
Hal tersebut terbukti dialami Yeni Aryana, nasabah mikro PT PNM. Dia mendapatkan kredit mikro pada akhir 2017 senilai Rp2 juta.
Selain mendapatkan bantuan uang, Yeni yang biasa berdagang nasi uduk di Pasar Minggu, Jakarta Selatan juga mendapatkan pembelajaran untuk ekspansi ke pasar digital.
Hasilnya, pada awal 2018, omzet usaha yang sebelumnya Rp150.000 per hari naik menjadi Rp1,2 juta per hari. Bahkan sebelum Covid-19, Yeni bisa mengantongi Rp1,8 juta per hari.