Bisnis.com, JAKARTA – Akibat wabah Virus Corona, temuan penderita tuberkulosis (TB) turun tajam. Dikhawatirkan, para penderita TB putus obat, menjadi resisten, dan malah jadi lebih sulit dirawat.
Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI Wiendra Waworuntu mengatakan, pada Bulan Mei jumlah penderita TB yang datang ke layanan perawatan hanya sekitar 3.400-an orang.
“Akan jadi PR kalau mereka resisten, karena harusnya setiap bulan setidaknya ada 50.000 yang berobat dan ada 800.000 orang setahun supaya tidak ada yang sampai resisten,” katanya, Selasa (7/7/2020).
Apabila resisten atau kebal terhadap obat, Wiendra khawatir jumlah penderita TB bisa melambung tinggi melampaui jumlah di India dan China. Namun, pandemi Covid-19, ada berdampak positif bagi pengendalian tuberkulosis di Indonesia, masyarakat jadi lebih sadar melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Selama ini, Wiendra mengungkapkan, pihkanya sudah melakukan sosialisasi terus-menerus, tapi masyarakat tetap menganggap TB bukan masalah berat.
Wiendra mengimbau para pasien TB walaupun ada PSBB bisa tetap mengunjungi layanan perawatan TB di fasilitas kesehatan yang beroperasi dengan menggunakan alat pelindung diri (APD).
Baca Juga
“Sekarang memang sudah mulai datang ke layanan, mungkin kelihatan peningkatannya dua bulan kemudian. Intinya, jangan putus obat, pastikan bahwa obat itu didapatkan oleh penderita TB mungkin nanti bisa dikirim tanpa orangnya harus datang,” tambahnya.
Wiendra juga menyebut bahwa pasien Coid-19 yang menderita TB berdasarkan data hanya 19 orang, sedangkan yang terbanyak adalah dari penderita penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi.
Dia menambahkan, pasien TB tidak takut lagi ke layanan atau fasilitas kesehatan untuk berobat di tengah wabah Virus Corona.