Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelonggaran PSBB, Pengamat: Pemerintah Belum Mempertimbangkan Bukti Ilmiah

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagyo mengatakan tanpa bukti ilmiah akan sulit bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang tepat, khususnya untuk menanggulangi pandemi virus corona.
Warga berolahraga saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di kawasan Jalan Sudirman Jakarta, Minggu (21/6/2020). ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Warga berolahraga saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di kawasan Jalan Sudirman Jakarta, Minggu (21/6/2020). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah diminta mempertimbangkan bukti ilmiah dalam setiap pengambilan kebijakan terkait dengan penanganan pandemi Covid-19.

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagyo mengatakan tanpa bukti ilmiah akan sulit bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang tepat, khususnya untuk menanggulangi pandemi virus corona.

Keputusan yang diambil saat ini, imbuhnya, belum mempertimbangkan bukti ilmiah. Menurutnya, alasan ekonomi menjadi pertimbangan yang paling kuat bagi pemerintah untuk melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kendati risiko besar masih mengintai.

"Dasarnya apa? Itu yang saya katakan dari awal. Saya paham persoalan ekonomi sudah menyeret latar belakang dalam pengambilan keputusan. Persoalannya dari awal lama sekali atau ragu-ragu," kata Agus kepada Bisnis, Selasa (23/6/2020).

Namun demikian, imbuhnya, pemerintah harus memiliki bukti yang dapat menjadi dasar keputusan untuk melonggarkan PSBB. Pasalnya, setelah dilakukan pelonggaran, kemungkinan kasus baru masih bisa terjadi.

"Bukti apa saja yang dianggap bukti secara ilmiah, sehingga pemerintah mengambil keputusan itu pas. Menurut saya sampai saat ini belum ada bukti itu," katanya.

Apalagi, menurutnya, tes swab virus corona belum mencapai target. Beberapa minggu memang sudah mengalami peningkatan, atau bisa mencapai 12.000 tes. Kendati begitu, masih ada persoalan yang masih memunculkan pertanyaan. "Tapi tidak ada yang menjelaskan apakah itu tes yang [gelombang] pertama, kedua, atau ketiga," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper